Seorang jurnalis kembali gugur di Gaza. Fotografer Mahmoud Issam Wadi syahid setelah diserang drone Israel saat menjalankan tugas liputan di kawasan Khan Younis, wilayah yang berada jauh dari garis konfrontasi. Dalam serangan yang sama, jurnalis Mohammed Islayeh (saudara dari jurnalis syahid Hassan Islayeh) mengalami luka, menurut keterangan sejumlah sumber lokal.
Serangan ini menambah panjang daftar pelanggaran Israel terhadap jurnalis Palestina. Meski gencatan senjata telah berlangsung lebih dari 50 hari, pembidikan terhadap pekerja media dan berbagai pelanggaran di lapangan terus terjadi hampir setiap hari.
Dengan gugurnya Wadi, jumlah jurnalis yang syahid sejak 7 Oktober 2023 kini mencapai 256 orang. Angka itu mempertegas upaya sistematis Israel selama dua tahun terakhir untuk mengontrol narasi tentang Gaza melalui langkah-langkah ekstrem: mulai dari pembunuhan jurnalis, pemboman kantor media, hingga pelarangan operasi pemberitaan.
Hingga kini, Israel tetap menghalangi masuknya jurnalis internasional ke Gaza, meski desakan global terus bergema. Para analis menilai, ada kekhawatiran serius dari pihak Israel bahwa kehadiran media asing akan membuka tabir kehancuran besar yang ditinggalkan militernya, sekaligus menguatkan narasi Palestina selama dua tahun genosida yang tengah berlangsung.
Dalam Konferensi PBB untuk Media tentang Perdamaian di Timur Tengah 2025, Ketua Serikat Jurnalis Palestina, Nasser Abu Bakr, mengungkapkan data mencengangkan: Israel telah membunuh 18 persen dari total jurnalis Gaza, melukai lebih dari 500 orang, serta menangkap dan menyiksa lebih dari 200 jurnalis. Tak hanya itu, lebih dari 250 lembaga media hancur, dan lebih dari 650 anggota keluarga jurnalis turut menjadi korban serangan.
Angka-angka ini menegaskan satu hal: serangan terhadap jurnalis bukan kecelakaan, melainkan bagian dari pola yang sistematis, sebuah upaya membungkam suara dan menghapus saksi atas tragedi kemanusiaan yang berlangsung di Gaza.










