Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) menegaskan pada Senin bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memikul tanggung jawab penuh atas nasib tentaranya yang ditawan di Gaza. Hamas menekankan bahwa “politik pembunuhan, pengeboman, dan penghancuran tidak akan pernah berhasil mengembalikan mereka.”
Dalam pernyataan resminya, Hamas menegaskan bahwa rakyat Palestina bersama perlawanan gagah berani akan terus membela tanah dan hak-haknya, meski agresi Israel semakin brutal. Serangan bertubi-tubi menghantam pemukiman padat, meratakan menara-menara, dan memaksa ribuan warga meninggalkan rumahnya.
Hamas menyebut Netanyahu sebagai “penjahat perang yang seharusnya diadili di Mahkamah Pidana Internasional.” Menurut Hamas, taruhan Israel pada pembantaian dan kelaparan demi menundukkan rakyat Palestina adalah strategi yang terbukti gagal, bahkan setelah dua tahun agresi.
Lebih jauh, Hamas menggambarkan agresi yang sedang berlangsung sebagai “kejahatan pembersihan etnis dan genosida” yang terjadi di depan mata dunia, tanpa ada pertanggungjawaban terhadap pelaku. “Pendudukan akan membayar harga atas kejahatan keji terhadap anak-anak dan perempuan kami,” tegas Hamas.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan sedikitnya 50 warga Palestina syahid pada Senin akibat serangan udara dan artileri Israel sejak fajar. Dari jumlah itu, 25 korban tercatat di Kota Gaza, di tengah gelombang serangan paling gencar ke berbagai wilayah.
Sumber: Al Jazeera