Senin pagi, pelabuhan-pelabuhan Tunisia berubah menjadi panggung solidaritas dunia. Dari Bizerte hingga Kram, dari Sidi Bousaid hingga Tunis, satu per satu kapal Armada Sumud Flotilla dilepas menuju Gaza. Kapal-kapal itu, sebagian sudah pernah diserang drone yang diduga milik Israel, kini kembali berlayar menantang blokade.

Tiga kapal yakni Mia Mia, Alcatala, dan Magitta (yang diberi nama syahid kecil Hind Rajab), ikut serta dalam konvoi 23 kapal dari Maghreb, sementara kapal Aladdin membawa aktivis lintas negara yang dilepas dengan sorak-sorai, lagu perjuangan, dan air mata harapan.

Ratusan warga Tunisia mengibarkan bendera Palestina, meneriakkan takbir dan doa kemenangan. Suasana begitu hangat, campuran euforia dan kekhawatiran. Suara zikir, nyanyian perlawanan, dan uluran tangan yang melambai membuat momen pelepasan itu bak prosesi mengantar pasukan ke medan laga.

Di antara para relawan, berdiri Mohsen Soussi, pelaut Tunisia berusia 60 tahun. Ia meninggalkan keluarga dan pekerjaannya untuk menjadi nakhoda salah satu kapal. “Apa yang saya lihat tiap hari di layar televisi (pembantaian dan kehancuran) membuat saya tidak bisa tinggal diam. Saya harus bergerak,” katanya.

Tak hanya dia. Musa Dato, pemuda Malaysia berusia 31 tahun, meninggalkan istrinya yang sedang hamil demi misi ini. “Apa pun bahaya di laut, tak sebanding dengan satu menit hidup di Gaza,” ucapnya. Begitu pula Ilham Mouwaffaq Hatield, aktivis asal Prancis keturunan Maghreb, yang menegaskan: “Setiap langkah kapal ini adalah perlawanan terhadap ketidakadilan.”

Sebelum berlayar, para relawan dari 44 negara mengikuti pelatihan khusus, dari teknik navigasi hingga cara bersikap jika menghadapi intersepsi Israel. Mereka sadar bahaya yang menanti: penangkapan, bahkan serangan. Namun tekad mereka bulat, blokade harus ditembus, Gaza harus mendapat kehidupan.

“Israel mungkin mencoba menakut-nakuti dengan serangan. Tapi mereka tidak akan bisa menghentikan tekad kami,” tegas Nabil Chennoufi, anggota tim pengelola Armada Maghreb.

Kini, sekitar 50 kapal dari seluruh dunia menuju Gaza. Mereka berlayar dengan keyakinan: solidaritas tak bisa diblokade, dan suara kemanusiaan lebih kuat dari rudal mana pun.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here