Imam dan khatib Masjid Al-Aqsha, Syekh Ikrimah Shabri, mengecam keras kebijakan pendudukan Israel yang semakin membatasi akses umat Islam ke Masjid Al-Aqsha di tengah situasi perang yang terus berlangsung, baik di Gaza maupun ketegangan dengan Iran.
Dalam pernyataannya, Syekh Shabri menyebut bahwa pendudukan Israel secara sistematis memanfaatkan situasi konflik untuk memperketat pengawasan dan pembatasan di kompleks Masjid Al-Aqsha, sehingga ratusan ribu warga Palestina tidak bisa menunaikan ibadah di masjid suci tersebut.
“Tindakan ini bukan semata pengamanan. Ini bagian dari ambisi Israel atas Al-Aqsha dan upaya mereka untuk merebut wewenang dari Wakaf Islamm satu-satunya lembaga resmi yang berhak mengelola masjid,” tegas beliau.
Larangan Ibadah Hanya Terjadi di Bawah Pendudukan
Syekh Shabri juga menegaskan bahwa tidak ada satu pun negara di dunia (selain pendudukan Israel) yang menutup tempat ibadah umat beragama, kecuali mereka yang memang memiliki ambisi jahat terhadapnya. Ia menyerukan kepada umat Islam di Palestina dan seluruh dunia untuk “menyambung perjalanan ke Al-Aqsha” sebagai bentuk pembelaan terhadap masjid yang diberkahi itu.
“Larangan ini tak akan pernah memberi legitimasi apapun bagi Yahudi atas masjid kami,” ujar beliau dengan tegas.
Penggerebekan Malam Hari dan Intimidasi
Menjelang tengah malam Ahad lalu, pasukan kepolisian Israel menggerebek kompleks Masjid Al-Aqsha, menyisir ruangan-ruangan tertutup dan sejumlah kantor di dalamnya. Empat penjaga masjid ditangkap dan kemudian dibebaskan, sementara yang lainnya sempat diperiksa secara intensif di tempat.
Menanggapi penggerebekan itu, Syekh Shabri menegaskan kepada Al Jazeera bahwa tindakan tersebut adalah “pelanggaran terang-terangan terhadap kesucian Al-Aqsha dan bentuk agresi terhadap para penjaga masjid yang berada di bawah naungan Wakaf Islam.”
“Ini adalah eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Penjaga malam dibungkam, dan kehadiran militer di dalam masjid menjadi pemandangan yang sangat menyedihkan.”
Kepungan di Kota Lama dan Pembatasan Total
Pendudukan Israel juga terus memperketat cengkeramannya di Kota Lama Al-Quds (Yerusalem) sejak meningkatnya ketegangan regional. Saat ini, hanya penduduk asli Kota Lama yang diizinkan masuk, sementara jamaah dari luar dihalangi total.
Situasi ini, menurut Syekh Shabri, semakin menambah derita umat Islam dan memperparah krisis keagamaan dan kemanusiaan yang sedang berlangsung di Palestina.
Meski situasi memburuk, ia mengingatkan bahwa diam adalah bentuk pembiaran, dan menyerukan kepada dunia Islam untuk tidak tinggal diam melihat agresi dan pelanggaran ini terus berlangsung terhadap kiblat pertama umat Islam.
Sumber: Al Jazeera