“Ini pagi yang menyakitkan. Kami baru saja mendengar kabar tentang kematian para prajurit dalam pertempuran di Khan Younis,” kata Presiden Israel, Isaac Herzog, menggambarkan peristiwa kelam yang menimpa pasukan Israel. Sementara itu, pemimpin oposisi Yair Lapid menyebut hari itu sebagai “pagi yang sangat berat… bencana besar yang merenggut nyawa tujuh prajurit kami di selatan Gaza.”
Itulah reaksi para pemimpin Israel terhadap salah satu serangan paling mematikan yang dilancarkan oleh pejuang Palestina dalam beberapa bulan terakhir.
Serangan Terencana, Komando Tunggal
Mengutip laporan Radio Militer Israel, peristiwa itu bermula pukul 17.30 waktu setempat, ketika sebuah kendaraan lapis baja jenis Puma milik pasukan teknik tempur IDF dilaporkan terbakar di Khan Younis. Investigasi awal mengungkap bahwa seorang pejuang Palestina berhasil mendekat dan menempelkan ranjau peledak pada kendaraan tersebut, memicu ledakan yang membakar habis isi kendaraan.
Pasukan pemadam militer yang dikerahkan ke lokasi gagal memadamkan api. Bahkan, bulldozer D9 yang digerakkan ke lokasi untuk menimbun kendaraan dengan pasir pun tak mampu menghentikan kobaran api. Keputusan pahit pun diambil: menarik kendaraan yang masih terbakar ke luar Gaza, sambil membiarkan tujuh tentara di dalamnya terbakar hidup-hidup.
Menurut laporan radio, kendaraan baru benar-benar padam setelah sampai ke wilayah Israel. Namun semua penumpangnya telah gugur, tak seorang pun yang bisa diselamatkan.
Pukulan Berat dan Kekacauan di Internal Israel
Proses identifikasi jenazah berlangsung berjam-jam karena tubuh para tentara hangus. Keluarga mereka baru diberi tahu pada malam harinya. Yedioth Ahronoth, salah satu media terkemuka Israel, menyebut kejadian ini sebagai “salah satu insiden paling mengerikan yang menimpa tentara Israel dalam beberapa bulan terakhir.”
Media Israel juga melaporkan bahwa 16 tentara lainnya terluka dalam insiden tersebut, sementara unit penyelamat yang dikerahkan ke lokasi turut diserang oleh pejuang Palestina. Sampai keesokan harinya, tentara Israel bahkan belum berhasil menemukan pelaku penanaman ranjau.
Keteguhan Perlawanan: Pesan dari Gaza
Dalam pernyataan resminya, Brigade Izzuddin al-Qassam, sayap militer Hamas, menyatakan bahwa pihaknya telah melancarkan “serangan jebakan terencana” terhadap pasukan pendudukan dan berhasil menimbulkan korban jiwa dan luka. Aksi itu disebut sebagai bagian dari taktik pertahanan jangka panjang menghadapi agresi brutal Israel.
Penulis Palestina Yasser Al-Zaatreh menyebut insiden ini sebagai “hari yang suram bagi penjajah.” Sementara analis politik Saeed Ziyada menyoroti bahwa kendaraan Puma bukan kendaraan sembarangan, itu adalah salah satu alat perang teknik berat Israel, membawa 8 tentara dengan persenjataan dan teknologi pembongkaran ranjau lengkap.
Lebih dari Sekadar Taktik: Ini Strategi Perang
Menurut penulis Palestina Mohammad Al-Ayyoubi, taktik jebakan yang digunakan perlawanan adalah bagian dari strategi yang lebih luas, bukan sekadar gerilya. Ia menyebutnya sebagai metode untuk meredefinisi logika perang.
“Ini bukan sekadar operasi kecil, ini pesan militer: bahwa pasukan Israel tidak lagi bisa bergerak dengan aman, bahkan di zona yang mereka klaim sudah dikuasai,” tulis Ayyoubi.
Ia juga menekankan bahwa:
- Setiap penyusupan Israel akan diubah menjadi operasi penguras tenaga dan darah.
- Korban jiwa yang terus bertambah menyebabkan rotasi pasukan yang melemahkan kesiapan IDF.
- Tekanan publik dalam negeri meningkat, mendorong keluarga tentara menyerukan penghentian perang.
- Secara internasional, citra Israel kian terisolasi, bahkan dari sekutu dekatnya.
Simbol Keteguhan Melawan Genosida
Peristiwa di Khan Younis ini terjadi di tengah pergeseran fokus militer Israel kembali ke Gaza setelah jeda singkat dalam ketegangan dengan Iran. Namun apa yang terjadi menunjukkan bahwa kekuatan pendudukan masih belum mampu menghancurkan keteguhan perlawanan Palestina, yang lebih dari 600 hari berdiri melawan genosida tanpa jeda.
“Ini bukan sekadar baku tembak. Ini adalah pesan bahwa semangat dan keberanian tak bisa dibungkam dengan teknologi atau bom pintar,” tulis seorang aktivis Palestina di media sosial.
Sumber: Al Jazeera, Media Israel