Pakar militer Mayjen (Purn) Fayez Al-Duweiri menilai operasi penyergapan yang dilakukan Brigade Al-Qassam—sayap militer Hamas—terhadap pasukan pendudukan Israel di kawasan Syujaiyah, utara Jalur Gaza, membuktikan bahwa pejuang Palestina masih mampu melancarkan serangan terkoordinasi dengan presisi tinggi, meski di bawah tekanan pengepungan dan pembantaian.
Dalam analisisnya di Al Jazeera, Duweiri menjelaskan bahwa strategi penyergapan yang dilakukan melalui operasi “Asad Al-Muntar” (Singa-singa Al-Muntar) berlangsung dalam beberapa tahap: pengintaian dan pemantauan, lalu penargetan saat pasukan musuh masuk dalam jangkauan senjata, hingga akhirnya dukungan tembakan senapan mesin dari tim pendukung.
Kecerdikan Taktis dalam Situasi Sulit
Menurut Duweiri, operasi ini mencerminkan kemampuan tempur pejuang perlawanan yang luar biasa, dengan memanfaatkan jenis senjata yang mereka miliki secara optimal, sekalipun kondisi di Gaza makin mencekam. Ia menekankan bahwa “tiap penyergapan memiliki ciri khas berbeda”, baik dari segi medan maupun sasaran.
Namun, yang menjadi benang merah dari seluruh penyergapan yang dilakukan dalam beberapa pekan terakhir, kata Duweiri, adalah ketepatan pengintaian dan kecakapan dalam memilih jenis senjata yang digunakan untuk tiap situasi, dengan tambahan serangan senapan otomatis guna memperkuat posisi tempur.
“Penggunaan senjata oleh perlawanan di tengah kondisi seperti ini,” ungkapnya, “merupakan bentuk pemanfaatan yang ideal dan penuh perhitungan.”
Bukti Lapangan
Sebelumnya pada Kamis (16/5), Brigade Al-Qassam merilis dokumentasi video operasi “Asad Al-Muntar”, yang menunjukkan para pejuangnya melumpuhkan kendaraan dan pasukan Israel di Syujaiyah. Dalam video tersebut, terlihat serangan terhadap jeep militer dan baku tembak jarak dekat, yang—menurut pengakuan militer Israel—berujung pada tewasnya dua tentaranya dan melukai sejumlah lainnya.