Tim Palang Merah telah menyelesaikan pemeriksaan terhadap para tawanan Palestina yang akan dibebaskan pada Ahad (19/1). Sementara itu, ratusan keluarga tawanan berkumpul di Beituniya, dekat Penjara Ofer di Tepi Barat.
Terdapat 90 tahanan yang akan dibebaskan dalam tahap pertama. Menurut laporan Al Jazeera, pemeriksaan terhadap para tahanan dilakukan oleh Palang Merah setelah bus yang mengangkut mereka tiba di Penjara Ofer dengan pengamanan ketat.
Pemerintah Israel dilaporkan telah menggerebek rumah keluarga tawanan sejak Sabtu, melarang mereka merayakan pembebasan, menyambut tamu, atau mempublikasikan foto. Di sekitar penjara, tentara Israel menetapkan area Beituniya sebagai zona militer tertutup dan melarang warga berkumpul.
Daftar Tawanan yang Dibebaskan
Sebanyak 90 tawanan Palestina, termasuk 69 wanita dan 21 anak di bawah umur, akan dibebaskan pada Minggu. Sebelumnya, Hamas membebaskan tiga tahanan wanita Israel sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
Mayoritas tawanan berasal dari Tepi Barat (76 orang) dan Yerusalem Timur (14 orang). Dalam daftar tersebut, terdapat jurnalis, aktivis, serta tokoh-tokoh penting seperti Khalida Jarrar, seorang pemimpin Front Populer untuk Pembebasan Palestina, dan Abla Sa’adat, istri Sekretaris Jenderal Front Populer Ahmad Sa’adat.
Dua saudara perempuan Saleh Al-Arouri, mantan Wakil Ketua Biro Politik Hamas, juga termasuk dalam daftar.
Pengamanan Ketat
Media Israel melaporkan bahwa polisi memperketat pengamanan di Yerusalem menjelang kedatangan 14 tawanan dari wilayah tersebut. Sementara itu, saluran TV Israel melaporkan penangkapan demonstran yang menolak pembebasan tawanan Palestina di dekat Penjara Ofer.
Selain itu, 77 anak di bawah umur akan dibebaskan melalui gerbang Beituniya menuju Ramallah dalam beberapa jam mendatang. Operasi ini melibatkan 1.500 personel Layanan Penjara Israel.
Pada Sabtu, pihak Israel menyatakan bahwa para tawanan Palestina akan dipindahkan menggunakan bus khusus dengan jendela berwarna gelap untuk mencegah perayaan publik.
Latar Belakang Kesepakatan
Saat ini, lebih dari 10.400 tawanan Palestina masih ditahan di penjara Israel, sementara Hamas mengklaim masih menahan 96 tawanan Israel, dengan puluhan di antaranya tewas akibat serangan udara Israel di Gaza.
Gencatan senjata antara Hamas dan Israel mulai berlaku pada Minggu pagi. Dalam tahap pertama yang berlangsung selama 42 hari, Hamas akan membebaskan 33 tawanan Israel, sementara jumlah tawanan Palestina yang dibebaskan akan bergantung pada status masing-masing tawanan Israel.
Sejak 7 Oktober 2023 hingga gencatan senjata, Israel -dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat- telah melakukan pembantaian massal di Gaza. Serangan ini menyebabkan lebih dari 157 ribu korban jiwa dan luka-luka, termasuk anak-anak dan wanita, lebih dari 11 ribu orang hilang, serta kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang menewaskan puluhan anak dan lansia. Tragedi ini menjadi salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.
Sumber: Al Jazeera