Spirit of Aqsa, Palestina- Bahrain mengumumkan telah menarik duta besarnya untuk Israel dan menangguhkan hubungan ekonomi dengan Tel Aviv. Pernyataan tersebut diterbitkan di situs web parlemen Bahrain.
Penarikan duta besar tersebut merupakan respon atas serangan penjajah Israel yang membabi buta di Gaza. Dalam sebuah pernyataan, parlemen Bahrain mengatakan langkah tersebut merupakan bagian dari tindakan yang diambil untuk mendukung “perjuangan Palestina dan hak-hak sah rakyat Palestina”.
“Kami mengonfirmasi kepergian duta besar Israel ke negara tersebut, kembalinya duta besar Bahrain dari Israel, dan penghentian hubungan ekonomi,” bunyi pernyataan itu.
Sebuah sumber yang dekat dengan pemerintah Bahrain mengonfirmasi kepada The National bahwa pernyataan yang dikeluarkan parlemen itu akurat.
Sementara pernyataan parlemen Israel mengatakan bahwa duta besar Israel di Manama telah meninggalkan negara tersebut.
Ini menandai negara Abraham Accord atau Perjanjian Abraham pertama yang ‘menghentikan’ hubungan dengan Israel. Perjanjian Abraham adalah perjanjian bilateral mengenai normalisasi Arab-Israel yang ditandatangani antara Israel dengan Uni Emirat Arab dan Bahrain pada 15 September 2020.
Perkembangan terakhir terjadi hanya sehari setelah Yordania mengambil tindakan serupa terhadap Israel. Pada Rabu, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi “segera” memanggil duta besarnya untuk Israel atas “bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya” di Gaza.
Amman menambahkan bahwa pihaknya hanya akan mengirim kembali utusannya jika Israel menghentikan serangan gencarnya dan meminta Tel Aviv untuk menarik duta besarnya untuk Amman.
Israel telah mengevakuasi kedutaan besarnya di Yordania serta negara-negara lain yang memiliki hubungan dekat, termasuk Bahrain dan Maroko. Sejauh ini Maroko dan Uni Emirat Arab belum melakukan langkah serupa.
Namun, negara Amerika Latin, Bolivia, memutuskan hubungan dengan Israel karena meningkatnya bencana kemanusiaan di Gaza. Cile dan Kolombia menarik kembali utusan mereka ke Tel Aviv namun belum mengumumkan tindakan serupa.
Pekan lalu, Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) ikut mengecam rencana invasi darat Israel ke Gaza, dan memperingatkan konsekuensi kemanusiaan dan keamanan yang serius.
Dalam sebuah pernyataan, Sekretaris Jenderal GCC Jassem Albudaiwi mengutuk eskalasi Israel di Gaza “dan memperingatkan konsekuensi kemanusiaan dan keamanan dari setiap operasi darat yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Israel terhadap warga sipil Palestina.”