Dua warga Palestina, salah satunya seorang anak, kembali syahid setelah ditembak pasukan Israel di luar zona operasi mereka di Jabalia, Gaza Utara. Informasi itu disampaikan sumber di layanan ambulans dan darurat setempat, di tengah eskalasi pelanggaran gencatan yang terus terjadi.

Di lokasi berbeda, rumah sakit Baptis di Gaza melaporkan seorang anak perempuan mengalami luka kritis akibat tembakan langsung ke arah tenda pengungsian di Jabalia al-Balad. Peluru menembus kepalanya saat pasukan Israel menembaki area yang seharusnya menjadi tempat perlindungan.

Militer Israel, melalui pernyataan resmi, juga mengklaim telah menembak mati seorang warga Palestina yang dituduh melintasi “garis kuning”, zona yang dikuasai penuh oleh tentara Israel. Mereka menyebut dua orang bersenjata mendekati posisi militer dan dianggap sebagai “ancaman langsung”.

Pengungsian Membeku, Bantuan Tetap Tertahan

Sementara itu, kondisi pengungsian di Gaza kian memburuk. Lebih dari 250 ribu keluarga kini menghadapi badai, hujan deras, dan suhu dingin di tenda-tenda yang sudah lapuk. Ribuan tenda terendam banjir dalam beberapa jam terakhir akibat cuaca buruk yang diperkirakan berlangsung hingga Jumat.

Kurangnya akses bahan kebutuhan dasar memperparah situasi. Blokade yang masih diberlakukan Israel membatasi masuknya peralatan shelter dan bantuan lain, membuat warga tetap terjebak dalam kondisi tanpa sanitasi, tanpa perlindungan dari cuaca, dan tanpa layanan kesehatan memadai.

Meski fase pertama gencatan senjata mulai berlaku pada 10 Oktober lalu, kehidupan warga Gaza tidak menunjukkan perbaikan. Pembatasan ketat terhadap truk bantuan membuat aliran logistik jauh dari kata cukup, bertentangan dengan protokol kemanusiaan yang disepakati.

Dalam hampir dua tahun agresi, puluhan ribu tenda hancur akibat bombardemen atau rusak diterjang cuaca ekstrem. Bagi banyak pengungsi, perang seakan tidak berhenti, hanya berganti bentuk menjadi pertarungan menghadapi dingin, hujan, dan kelaparan.

Tahap Kedua dalam Genggaman Syarat Israel

Di sisi diplomatik, Washington Post mengutip seorang pejabat Israel yang menegaskan bahwa Tel Aviv tidak akan melanjutkan pembahasan tahap kedua perjanjian Gaza sebelum menerima jenazah tawanan terakhir, Ran Goeili.

Sebelumnya, Haaretz mengungkap bahwa Presiden AS Donald Trump tengah mendorong percepatan masuk ke fase berikutnya, yang berpotensi mencakup penarikan tambahan pasukan Israel dari Gaza.

Pada fase pertama (yang dimulai 10 Oktober) faksi Palestina telah menyerahkan 20 tawanan Israel yang masih hidup serta jenazah 27 lainnya. Upaya mencari jenazah terakhir masih berlangsung di tengah reruntuhan luas akibat agresi Israel.

Israel kini menggantung kelanjutan negosiasi pada satu syarat: penyerahan jenazah tersebut.

Pelanggaran Gencatan dan Sikap Palestina

Dalam laporan terpisah, Kepala Kantor Media Pemerintah Gaza, Ismail al-Thawabta, menyebut lebih dari 386 warga Palestina gugur akibat pelanggaran Israel selama 60 hari masa gencatan. Ia menegaskan bahwa Israel tidak mematuhi protokol kemanusiaan maupun penghentian tembak-menembak.

Dari pihak Palestina, Wakil Sekretaris Jenderal Front Populer untuk Pembebasan Palestina, Jamil Mizher, menolak segala bentuk “penjajakan internasional” yang dapat memberi legitimasi bagi pendudukan. Ia menegaskan bahwa pasukan internasional (sebagaimana tercantum dalam rencana Trump) hanya boleh ditempatkan di garis kontak, bukan di wilayah lain Gaza.

Mizher juga menyerukan pembentukan administrasi sipil nasional sementara di Gaza, serta mendesak para mediator untuk menekan Israel agar mematuhi kesepakatan gencatan. Ia meminta percepatan dialog nasional yang menyertakan semua faksi di bawah mediasi Mesir.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here