Rumah sakit-rumah sakit di Gaza melaporkan 27 warga Palestina gugur sejak Jumat pagi (26/9) akibat serangan brutal militer Israel. Dari jumlah itu, 11 adalah warga yang tengah menunggu bantuan kemanusiaan, sementara 16 lainnya syahid di Kota Gaza. Seorang pejabat tinggi PBB menegaskan, bencana kelaparan kini nyata menghantam Jalur Gaza.

Tim medis darurat melaporkan evakuasi 4 jasad syuhada dari reruntuhan rumah yang dibombardir Israel di Kamp Shati, sebelah barat Kota Gaza. Di Rafah, seorang warga Palestina syahid dan sejumlah lainnya luka-luka ditembak tentara Israel di dekat pusat distribusi bantuan. Sementara di kamp pengungsian di tengah Gaza, enam warga syahid, semuanya saat menunggu bantuan, akibat peluru pasukan pendudukan.

Rumah sakit Syifa melaporkan enam korban syahid akibat serangan di permukiman Rimal, sementara serangan lain di Kamp Shati merenggut nyawa dua orang dan melukai banyak warga, mayoritas anak-anak. Di Kamp Nuseirat, empat orang syahid dalam serangan udara Israel, jasad mereka dibawa ke RS al-Awda.

Di tengah kengerian itu, sebuah secercah harapan muncul: tim pertahanan sipil berhasil menyelamatkan seorang anak perempuan hidup-hidup dari bawah reruntuhan rumah yang dibom Israel di Kamp Shati. Namun, dua jasad lain ditemukan, dan masih ada korban yang hilang.

Sementara itu, Karl Skau, Wakil Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP) PBB, memperingatkan: kelaparan di Gaza sudah menjadi fakta, bukan sekadar ancaman.

“Anak-anak Palestina mati kelaparan dalam kondisi hidup yang mengerikan, terutama menjelang musim dingin,” ujarnya.

Direktur RS Syifa, Dr. Muhammad Abu Salmiya, mengingatkan bahwa rumah sakit terbesar di Gaza terancam berhenti beroperasi bila militer Israel benar-benar menyerbu.

“Banyak pasien dan korban luka sudah meninggalkan rumah sakit untuk menghindari serangan,” katanya. Syifa sendiri sudah berulang kali dibombardir dan dikepung pasukan Israel.

Dalam laporan terpisah, organisasi kemanusiaan Oxfam menuntut Israel dipertanggungjawabkan atas hampir 1.600 pembunuhan terhadap pekerja medis dan kemanusiaan sejak awal perang.

“Pembantaian terhadap tenaga medis dan penghancuran rumah sakit maupun klinik adalah tindakan brutal dan tidak masuk akal,” tegas Oxfam. Pekan ini saja, tiga kantor mitra Oxfam di Gaza dihancurkan serangan Israel.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here