Di Gaza yang terkepung dan dilanda kelaparan, mengejar sebungkus tepung bisa berarti menjemput kematian. Jalur bantuan yang tersisa kini melewati “zona maut”, titik distribusi bantuan yang dikendalikan oleh Gaza Humanitarian Foundation, lembaga kontroversial bentukan Israel dan AS. Di sana, bantuan berubah menjadi jebakan, dan antrean berubah menjadi arena pembantaian.

Citra satelit yang dianalisis Al Jazeera menunjukkan lokasi distribusi di daerah Al-Shakoush, Rafah, wilayah paling selatan Gaza. Mereka yang kelaparan datang dengan harapan, tapi banyak yang kembali sebagai jenazah atau luka-luka.

Jalan Panjang Menuju Tepung

Tak ada jalur mudah. Warga hanya diizinkan menggunakan kendaraan hingga titik tertentu, lalu harus berjalan kaki sejauh 1,5 kilometer atau lebih, bahkan terkadang menunggu di tempat sejak sehari sebelumnya, agar tidak kehilangan giliran.

Untuk berlindung dari panas dan peluru, ribuan orang menggali dan bersembunyi di al-Joura, lubang pasir yang terletak 560 meter setelah pos militer Israel. Di sanalah mereka menanti “sinyal keberangkatan” dari drone Israel yang tak selalu datang, dan kalau pun datang, bisa jadi itu awal dari tragedi.

Dibuka dengan Tembakan, Ditutup dengan Darah

Bahkan sebelum “lampu hijau” dinyalakan, tembakan sering lebih dulu menghujani kerumunan. Pada 14 Juli, video memperlihatkan rentetan peluru ditembakkan ke arah warga yang bersembunyi di al-Joura. Dua hari sebelumnya, 34 warga syahid saat mengantri bantuan di lokasi yang sama.

Kendati berhasil mencapai pusat bantuan, keamanan tak dijamin. Tentara Israel menggunakan semprotan merica untuk menghalau warga yang mendekat. Tak ada koordinasi, tak ada sistem distribusi yang adil. Ribuan orang berebut, sebagian besar pulang dengan tangan kosong.

Antrean untuk Mati

Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, dalam 24 jam terakhir saja, 31 orang syahid dan lebih dari 107 luka-luka akibat kekacauan di titik distribusi. Sejak dibentuk, lembaga ini telah menelan korban: 922 syahid dan 5.861 terluka.

Pada 16 Juli, setidaknya 21 warga Palestina tewas terinjak saat berebut bantuan makanan.

Lembaga Bantuan atau Mesin Politik?

Didirikan atas dorongan Israel sebagai pengganti badan PBB dan organisasi kemanusiaan internasional, Gaza Humanitarian Foundation dikritik keras oleh PBB dan LSM global. Bantuan dijadikan alat tawar-menawar politik. “Lembaga ini hanya mengalirkan bantuan ke sebagian wilayah Gaza dan meninggalkan sisanya dalam kelaparan,” kata Tom Fletcher, Kepala Urusan Kemanusiaan PBB, di hadapan Dewan Keamanan.

Lebih dari selusin organisasi kemanusiaan menandatangani pernyataan bersama, menyebut lembaga itu sebagai proyek yang dipimpin oleh tokoh-tokoh militer Barat berjejaring politik, yang beroperasi dalam koordinasi langsung dengan pemerintah Israel.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here