Di tengah kehancuran yang terus berlangsung akibat agresi brutal Israel, Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza mengumumkan peluncuran kampanye internasional untuk menyuarakan solidaritas dunia bagi anak-anak Gaza. Pengumuman ini disampaikan dalam konferensi pers di Kota Gaza pada Senin (2/5), di tengah memburuknya situasi kemanusiaan dan kesehatan akibat blokade total dan kelanjutan genosida Israel.
Dalam pernyataannya, Kementerian menyoroti bahwa pembatasan masuknya makanan dan obat-obatan yang telah berlangsung lebih dari dua bulan, ditambah intensitas serangan yang tak henti, telah memperparah penderitaan anak-anak secara dramatis. Anak-anak kini menjadi kelompok paling rentan dan paling banyak menjadi korban dalam perang pemusnahan yang dilakukan Israel.
16 Ribu Anak Gugur Syahid, Bayi Baru Lahir Tak Luput dari Pembantaian
Menurut data terbaru, sebanyak 16.278 anak Palestina telah gugur syahid sejak 7 Oktober 2023. Itu artinya, satu nyawa anak direnggut setiap 40 menit. Bahkan, 311 bayi yang lahir di tengah perang turut menjadi korban keganasan bom Israel.
Kementerian juga mengungkapkan bahwa sebagian besar pusat pelayanan kesehatan primer telah hancur, dan pembatasan terhadap masuknya obat-obatan, vitamin, serta suplemen gizi menyebabkan ibu hamil dan anak-anak kehilangan akses terhadap layanan kesehatan dasar. Kini, lebih dari 51% kebutuhan kesehatan ibu dan anak tidak tersedia di Gaza.
Ancaman Penyakit dan Wabah: Polio Bisa Kembali Menghantui
Krisis kesehatan ini juga mengundang potensi wabah penyakit menular yang seharusnya bisa dicegah, seperti polio, karena vaksin-vaksin dasar dilarang masuk. Kementerian memperingatkan bahwa pencapaian bertahun-tahun dalam kesehatan publik kini berada di ambang kehancuran total.
Sementara itu, 57 anak meninggal dunia akibat gizi buruk akut, dan lebih banyak lagi yang syahid saat berusaha mengakses bantuan pangan yang dibom oleh pesawat tempur Israel di titik-titik distribusi.
Gaza Diisolasi Total, Dunia Harus Bergerak
Wilayah Gaza telah dikepung selama lebih dari 17 tahun, namun sejak Maret 2025, situasinya memburuk drastis. Semua jalur masuk ditutup, termasuk Perbatasan Rafah dengan Mesir, usai runtuhnya perjanjian gencatan senjata parsial.
Jutaan Jiwa Terancam KelaparanLaporan terbaru dari lembaga-lembaga PBB menyebutkan bahwa lebih dari dua juta penduduk Gaza berada di ambang kelaparan. Air bersih nyaris tidak ada, sistem sanitasi ambruk, listrik terputus, dan layanan kesehatan lumpuh.
Organisasi Save the Children menggambarkan krisis ini sebagai “salah satu bencana kemanusiaan terburuk abad ini”, dan menegaskan bahwa dampak psikologis dan fisik pada generasi muda Gaza akan berlangsung dalam jangka panjang jika dunia terus bungkam.
Seruan Terbuka untuk Dunia
Menutup konferensinya, Kementerian Kesehatan menyerukan kepada masyarakat internasional, lembaga kemanusiaan, jurnalis, dan para pegiat di seluruh dunia untuk mendukung kampanye bertajuk “Gerakan Global untuk Selamatkan Anak-anak Gaza.” Mereka mendesak aksi nyata untuk menghentikan perang, membuka jalur bantuan tanpa syarat politik, dan mengembalikan hak hidup bagi anak-anak Palestina yang kini menjadi simbol keteguhan dalam luka.