Spirit of Aqsa, Palestina- Muhammad Al-Ghalayini terbangun karena suara peluncuran rudal ke Jalur Gaza. Saat itu pukul 06.00 Sabtu, 7 Oktober. Suara itu bagaikan mimpi di langit pagi Kota Gaza. Usai terbangun, dia menyadari keadaan kali ini akan berbeda, tak seperti sebelumnya saat Israel melancarkan serangan udara ke Jalur Gaza.

Dalam investigasi jurnalistik Koran Inggris Observer yang diterbitkan Guardian Media Grorup pada Ahad (14/10), Al-Ghalayini mengatakan, “Ketika saya melihat klip video tahanan Israel yang dibawa ke Gaza dan kendaraan militer Israel yang disita, saya menyadari bahwa masalahnya besar.”

Sementara itu, ibu Al-Ghalayini, Mona, dan saudara perempuannya, Sondos, dengan panik bertanya-tanya apakah mereka harus pergi. Saat mereka sedang menentukan pilihan, terdengar ledakan dan suara pecahan kaca menusuk telinga mereka dari gedung yang hanya berjarak 100 meter.

Kala itu, keluarga Al-Ghalayini tak pikir panjang. Dia beserta keluarnya bergegas keluar dari apartemen di lantai 10. Pada saat itu, mereka hanya berusaha menyelematkan terlebih dahulu. Sesaat kemudian, pesawat-pesawat tempur Israel berdengung saat mereka sibuk mengemasi tas yang berisi paspor, obat-obatan, dan buku, pakaian, perlengkapan mandi, dan charger. Apa pun yang bisa mereka bawa.

“Sulit untuk meninggalkan rumah dan tidak tahu apakah Anda akan kembali,” kata Al-Ghalayini.

Al-Ghalayini (44 tahun), seorang ilmuwan kualitas udara, kembali ke Kota Gaza pada September lalu dari kota Manchester di Inggris. Dia bermaksud untuk tinggal di Gaza selama 3 bulan.

Dia mengatakan, bepergian ke Gaza sulit dilakukan karena pembatasan yang diberlakukan oleh Mesir dan Israel, “Jadi saya hanya mengunjunginya tiga kali dalam hampir 20 tahun, dan setiap kali mengunjunginya kurang dari sebulan.”

Al-Ghalayini merasakan bertanggung jawab untuk menggunakan karyanya untuk menghilangkan bau menyengat dari udara. Bau menyengat itu bercampur. Sehari setelah Israel memulai serangan udara, dia sebenarnya dijadwalkan mempresentasikan seminar penelitian. “Namun, semuanya kini tidak dihiraukan.”

Ibu dan saudara perempuannya dengan cepat melarikan diri melalui perbatasan Rafah ke Mesir pada Ahad (8/10), setelah mendapat izin untuk berangkat pada menit-menit terakhir. Sedangkan Al-Ghalayini dan ayahnya mengungsi di sebuah puskesmas di Kota Gaza.

Dia, ayah, paman, dan beberapa sepupu kemudian pindah ke Hotel Al-Mashtal, dan mulai menjatah persediaan makanan mereka. Keesokan harinya, pembangkit listrik di Gaza berhenti bekerja.

Al-Ghalayini menerima pesan teks dari seorang temannya, menggambarkan berita pembicaraan tentang kondisi kemanusiaan yang memungkinkan warga Palestina meninggalkan Jalur Gaza. Dia berkata dengan marah, “Mengapa pembicaraan tentang mengizinkan warga Palestina untuk pergi, dan bukan tentang menghentikan hujan bom di Jalur Gaza melalui darat, laut, dan udara? Hal itu membuat darah saya mendidih. Kami tidak ingin kekurangan lebih lanjut.”

Pemindahan

Pada Jumat pagi, Al-Ghalayini terbangun dan mendengar berita mengejutkan: tentara Israel memerintahkan 1,1 juta penduduk Gaza utara untuk mengungsi ke selatan. Peringatan itu dikirimkan kepada mereka melalui pesan teks dalam bahasa Arab. Namun mereka tidak melakukannya.

Di Hotel Al-Mashtal, suasana menjadi kacau ketika ratusan orang berlindung di lobi dan koridor, mati-matian berusaha menentukan tempat aman terdekat untuk mencari perlindungan, dan apakah ada kamar kosong di rumah sakit terdekat.

Pada Sabtu, beredar kabar beberapa orang, termasuk warga berkewarganegaraan ganda seperti Ghalayini, mungkin diizinkan menyeberang ke Mesir. Terlepas dari semua itu, Al-Ghalayini berada dalam konflik mendalam mengenai gagasan hengkang.

“Paman, bibi, dan sepupu saya ada di sini. Saya tidak akan mengampuni mereka dan saya tidak akan meninggalkan mereka di sini untuk menghadapi nasib mereka. Saya merasa bahwa saya mempunyai kewajiban terhadap mereka di sini. Sungguh menakutkan bahwa saya harus memilih antara hidupku dan rumahku,” kata Al-Ghalayini sedih.

Sumber: Al Jazeera dan Guardian

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here