Spirit of Aqsa, Palestina- Warga Gaza memanfaatkan kesepakatan gencatan senjata dengan melakukan perjalanan ke wilayah pantai di Laut Mediterania. Mereka pergi ke pantai, selain untuk berwisata juga untuk mandi, setelah terjadinya krisis air bersih di kota-kota di Gaza.
Banyak warga Palestina yang tinggal di Kota Deir el-Balah mengunjungi pantai yang menjadi satu-satunya tempat wisata tersisa.
Di pantai, anak-anak lelaki menumpuk pasir di atas tubuh mereka, berlomba lari untuk melihat siapa yang finis pertama. Beberapa anak perempuan bergantian bermain ayunan, ekspresi masa kanak-kanak pertama tampak di wajah mereka dalam hampir dua bulan.
Salah seorang warga Gaza, Ahmad al-Toum mengaku, ia menikmati momen di pantai ini. “Laut sangat berarti bagi saya. Ini adalah pelepasan yang luar biasa bagi semua orang yang merasa tertahan dan dikelilingi oleh tekanan psikologis. Sekian lama kami tidak mampu memberikan keselamatan dan keamanan bagi keluarga sendiri,” ujarnya, dikutip Al Jazeera.
Pria berusia 28 tahun yang berasal dari kota pesisir al-Sudaniyeh, di barat laut Gaza itu mengaku, telah mengungsi sejak 10 Oktober, dan tinggal bersama keluarga besarnya di sebuah sekolah yang dikelola PBB.
Ia mengaku, belum mandi selama 20 hari, dan bersyukur bisa sejenak terlepas dari tempat penampungan yang digambarkannya kotor dan berpenyakit. “Saya ingin mengajak anak-anak untuk melihat pemandangan, memandikan mereka di laut, untuk keluar dari psikologi perang,” katanya.
“Ini merupakan masa yang sangat buruk, namun kami lebih kuat dari pendudukan Israel,” katanya.
Warga lainnya yang mengajak keluarganya berkunjung ke pantai adalah Abu Anas, yang berasal dari Kota Beit Hanoon. Ia menggambarkan laut sebagai satu-satunya jalan keluar.
“Kami datang ke sini demi anak-anak kami, untuk mengubah suasana hati mereka dan membangkitkan semangat mereka karena mereka hidup dalam ketakutan dan kecemasan dengan suara tembakan artileri dan bom yang tiada henti,” kata pria berusia 35 tahun itu.
“Kami tidak tahu apakah perang akan berlanjut, kami hanya ingin bernapas sedikit.”