Spirit of Aqsa, Palestina- Keragu-raguan zionis Israel untuk memulai invasi darat menimbiulkan pertanyaan tentang kesiapan tentara Israel dalam menjalankan misi itu. Hal ini mencerminkan perbedaan pendapat antara elit politik dan militer.
Tindakan tersebut dikritik oleh berbagai kalangan pakar Israel, bahkan di kalangan pasukan cadangan darat. Proses pengambilan keputusan di tingkat politik dan militer, dan bahkan “kabinet perang,” telah menjadi subyek berbagai pertimbangan mengenai sejauh mana kesiapan pasukan reguler untuk pertempuran darat di front Gaza.
Ada beberapa hal yang menyebabkan penundaan invasi darat ke Jalur Gaza. Di antaranya pertimbangan operasional militer, regional dan internasional, termasuk mobilisasi, kesiapan tentara, dan panggilan-peningkatan pasukan cadangan.
Hal tersebut membutuhkan waktu serta harga dan kerugian manusia di jajaran tentara Israel. Penundaan itu juga mengindikasikan perbedaan posisi (pendapat) antara elit politik dan militer Israel.
Israel juga sedang berusaha untuk mendapatkan payung hukum di kancah internasional untuk serangan darat besar-besaran ke wilayah perkotaan yang dihuni oleh penduduk sipil, serta mendapatkan lampu hijau dari pemerintah Israel dan Presiden AS Joe Biden.
Kesiapan dan Strategi
Mengingat penilaian ini, mantan direktur Kementerian Keamanan Israel, David Ivri, tampak lebih jelas ketika menulis penilaian posisi berjudul “Jangan berani memasuki Gaza dalam situasi saat ini.” Dia mengatakan, “invasi darat Jalur Gaza akan menjadi sebuah kesalahan dari sudut pandang strategis.”
Dia percaya, serangan darat ini akan membuka front darat kedua bagi tentara Israel di Tepi Barat dan mungkin front darat ketiga dengan Hizbullah dan Lebanon. Dia mengatakan, “Bahkan tentara reguler pun tidak siap menghadapi skenario seperti ini.”
Dalam penilaian terhadap posisi yang diterbitkan oleh surat kabar Haaretz, mantan Direktur Jenderal Kementerian Keamanan Israel itu menyatakan, “Gaza adalah jebakan yang sedang kita jalani, sesuai dengan aspirasi Iran untuk menyeret Israel ke front lain.”
“Gaza bukan merupakan ancaman nyata, dan hal ini dapat diatasi melalui udara dan tekanan ekonomi. Jika tentara Israel menembus Gaza, jebakan tersebut dapat menjadi ancaman nyata.”
“Invasi darat adalah pilihan yang tepat jika Israel memutuskan untuk tetap berada di Jalur Gaza, namun ini adalah hukuman strategis bagi warga Gaza dan bagi Israel,” lanjutnya.
Menurut dia, invasi darat tidak memberikan keutungan bagi Israel. Justru, invasi darat akan menyebabkan kematian di kalangan tentara Israel, “dan kita tidak tahu kapan kita akan melakukannya.”
Ditekan Amerika
Militer Israel telah memanggil 400.000 tentara cadangan dalam misi invasi darat. di sisi lain, Israel juga mendapat tekanan dari pemerintah Amerika dengan alasan kemanusiaan di Jalur Gaza.
“Pemerintah Israel telah mengambil keputusan untuk menunda tanggal pertempuran darat di bawah tekanan pemerintah Amerika, untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan di Jalur Gaza, dan baru setelah itu operasi darat akan dimulai,” katanya.
Dia mengatakan, demobilisasi tentara cadangan sampai saat ini belum jelas. Hal ini akan merugikan mental para prajurit, kesiapan lapangan, dan penurunan mental tempur.
Sumber: Al Jazeera