Spirit of Aqsa, Palestina- Masyarakat Paelstina mengecam keras upaya penjajah zionis Israel yang memaksakan kurikulum mereka di sekolah al-Quds. Upaya israelisasi kurikulum itu dilakukan setelah membatalkan lisensi sejumlah sekolahh Palestina.
Keputusan menutup enam sekolah Palestina, pada akhir Juli termasuk dengan dalih sekolah-sekolah itu mempraktekkan aksi dan tindakan hasutan atas pendudukan Israel dan tentara di dalam buku pelajaran sekolah, menurut tuduhan Israel.
Kementerian Urusan Al-Quds menegaskan penolakan dan kecamannya terhadap semua upaya Israel untuk pendidikan keluarga di kota Al-Quds “yang diduduki” melalui tekanan yang meningkat oleh pendudukan terhadap sekolah.
Pada 2015, pemerintah kota pendudukan Israel memberlakukan kurikulum Israel di banyak sekolah Palestina di Yerusalem (Al-Quds) “yang diduduki”.
Israel masih terus melanjutkan israelisasi pendidikan Palestina di Al-Quds. Terakhir enam sekolah di Al-Quds dicabut ijinnya dengan alasan kurikulumnya mengandung konten provokasi terhadap Israel. Satu sekolah hanya diberi ijin selama setahun dengan syarat sekolah itu meralat dan mengganti kurikulumnya.
Dalam kacamata Israel, mengganti kurikulum adalah dengan menerabut identitas nasionalisme Palestina.
Menurut Imam dan Khatib Masjid Al-Aqsha, Syekh Ikrimah Shabri, “Sekolah-sekolah Palestina di Al-Quds bukan berisi kurikulum provokatif. Setiap bangsa berhak merumuskan kurikulumnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip nasionalismenya.”
Pembidikan israelisasi sekolah-sekolah Palestina di Al-Quds sangat massif dilakukan Israel:
– Dibatasi pembangunan gedung sekolah.
– Menguasai pendidikan.
– Mengubah kurikulum.
Ada 250 sekolah di Al-Quds (Jerusalem) separuhnya adalah milik Israel, sisanya antara milik swasta dan UNRWA PBB.
Meski Israel menggelar perang penuh terhadap warga Al-Quds, namun mereka tetap menjadi ujung tombang dari perlawanan atas Israel. Al-Quds tetap milik Arab (Palestina) dan tidak akan menerima israelisasi di sana.