Spirit of Aqsa, Palestina- Tokoh perjuangan Gaza, Khaled Misy’al, mengatakan, penjajah zionis Israel sedang bermain api karena menyerang Masjid Al-Aqsha. Dia menyebut suatu saat penjajah Israel akan merasakan dampak dari serangannya tersebut.
“Penjajah zionis sedang bermain api dengan serangannya terhadap Masjid Al-Aqsa, dan kami akan membakarnya dengan api ini, dan perlawanan Palestina mampu menggagalkan rencananya,” kata Khaled dalam sebuah pidato di konferensi lembaga pendukung Masjid Al-Aqsa di Beirut, Lebanon, dikutip laman Palinfo, Rabu (27/9/2023).
Khaled menyatakan, jumlah penyerbu Zionis ke dalam Masjid Al-Aqsha telah meningkat berlipat ganda sebesar 700% sejak 2012. Dia menekankan, zionis tidak memiliki hak atas Al-Quds dan Al-Aqsha. Mereka datang dari seluruh penjuru bumi untuk mendirikan negara yang mereka klaim. “Kami akan menghancurkan negara ini,” tegasnya.
Misy’al melihat bahwa respons Palestina selalu ada. Dia menyerukan kepada semua orang untuk percaya pada kemampuan perlawanan Palestina dalam menghadapi pendudukan Zionis Israel. Dia mengatakan, “Gelombang perlawanan revolusioner telah menjadi terlalu besar untuk dibendung oleh kebijakan Israel.”
Dia menyatakan bahwa diaspora Palestina hadir dalam pertempuran untuk mempertahankan Masjid Al-Aqsha dan menghadapi rencana pendudukan Zionis Israel. “Jika bisa, dengan senjata atau melalui kehadiran dan dukungan rakyat,” katanya.
Pimpinan Hamas di luar negeri ini menyatakan bahwa pemerintahan Zionis saat ini adalah yang paling ekstrem. Mereka menggunakan hubungan internasional dan normalisasi sebagai kedok atas praktik kekerasan terhadap warga Palestina dan Al-Quds.
Dia meminta negara-negara Arab dan Islam untuk membela diri mereka sendiri dan menghentikan normalisasi. “Karena hal itu merupakan tikaman bagi perjuangan Palestina,” tegasnya. Dia menekankan bahwa normalisasi adalah bahaya bagi keamanan nasional negara-negara Arab dan Islam.
Misy’al menyerukan kepada semua orang yang dapat mencapai Al-Aqsha untuk segera pergi ke sana, guna menghadapi gangguan dan penodaan tersebut.
Pada Senin (25/9/2023) pagi, sekelompok besar pemukim pendatang Yahudi menyerbu Masjid Al-Aqsha yang diberkati, dengan dalih merayakan Hari Pengampunan Yahudi (Yom Kippur).
Sumber-sumber media di Al-Quds mengatakan bahwa sebanyak 351 pemukim pendatang Yahudi menyerbu Masjid Al-Aqsha, di bawah perlindungan ketat dari pasukan pendudukan Zionis Israel.
Menjelang Yom Kippur, hari Ahad kemarin, sebanyak 675 pemukim pendatang Yahudi menyerbu Masjid Al-Aqsha, di tengah pembatasan dari polisi pendudukan Zionis Israel terhadap warga al-Quds.
“Yom Kippur” dianggap sebagai hari yang paling penting dan sakral dalam Taurat, dan orang-orang Yahudi berpuasa selama 25 jam terus menerus.
Kehidupan benar-benar terganggu pada hari raya ini, di mana orang-orang Yahudi mengenakan pakaian “pertobatan” berwarna putih, dan selama puasa mereka melakukan ritual lima waktu, dan para ekstremis berupaya mensimulasikan ritual “pengampunan” di Masjid Al-Aqsha.
Kelompok-kelompok ekstremis Yahudi yang menyerukan pembangunan Kuil Yahudi di Masjid Al-Aqsha berupaya memanfaatkan hari ini untuk menggalang pendukungnya untuk melakukan ritual khusus di Masjid Al-Aqsha, karena mereka berupaya mengadakan semua ritual keagamaan yang terkait dengan Kuil di dalam masjid.
Selama bertahun-tahun, musim liburan hari-hari besar Yahudi dikaitkan dengan meningkatnya agresi terhadap Masjid Al-Aqsha. Pada periode ini, jumlah penyerbu meningkat, dan mereka dengan sengaja melakukan ritual provokatif secara terbuka, dengan upaya terus menerus untuk mendapatkan keuntungan. Yang paling menonjol di antaranya adalah peniupan terompet dan pengenalan tanaman sesaji.