Pasukan pendudukan Israel, Selasa, mengklaim telah menewaskan lima pejuang yang disebut keluar dari terowongan di Rafah, serta satu orang lain yang dituduh melintasi garis kuning di utara Jalur Gaza. Di saat bersamaan, sumber medis melaporkan satu warga Palestina gugur ditembak di timur Khan Younis.

Menurut sumber medis di RS Nasser, seorang warga di Bani Suhaila, timur Khan Younis, syahid akibat tembakan pasukan pendudukan. Jurnalis Al Jazeera juga melaporkan serangkaian serangan di kawasan Sheikh Nasser dan Qeizan Rashwan, termasuk tembakan drone Israel yang menewaskan satu warga lainnya.

Di wilayah tengah Gaza, tim penyelamat menemukan jenazah 14 syahid dari bawah reruntuhan rumah di Kamp Pengungsi Maghazi. Dengan temuan itu, jumlah korban dalam 24 jam terakhir naik menjadi 17 syahid (termasuk mereka yang baru dievakuasi dari puing-puing) serta 16 warga terluka, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza.

Secara keseluruhan, kementerian melaporkan sedikitnya 69.775 syahid dan lebih dari 170 ribu luka-luka sejak 7 Oktober 2023, angka yang menggambarkan salah satu gelombang penghancuran paling mematikan dalam sejarah Gaza.

Pengungsian Terendam Banjir

Di tengah perang yang tak kunjung usai, ratusan ribu pengungsi kini tersapu badai musim dingin. Hujan deras dan angin kencang merendam tenda-tenda yang menjadi tempat tinggal keluarga di Gaza, Rafah, Deir al-Balah, hingga Zaytoun.

Laporan lapangan Al Jazeera menampilkan tenda-tenda yang tenggelam bersama seluruh isinya: kasur, selimut, pakaian anak-anak. Para pengungsi memohon intervensi mendesak dari organisasi internasional untuk menyediakan perlengkapan darurat, sementara Israel terus membatasi masuknya tenda dan bantuan kemanusiaan dasar.

Pemerintah kota Gaza menyebut tim lapangannya bekerja dengan kemampuan terbatas untuk menahan laju banjir. Sementara kantor media pemerintah memperingatkan bahwa lebih dari 90% tenda yang tersisa telah robek dan tidak layak huni, menandai potensi bencana kemanusiaan baru yang kian mendekat.

Ratusan Pelanggaran Gencatan Senjata

Di sisi lain, lembaga-lembaga internasional menuduh Israel terus melanggar gencatan senjata. Organisasi Amerika “Jewish Voice for Peace” menyatakan Israel telah melanggar perjanjian 500 kali dalam 44 hari, menegaskan bahwa “pembantaian tidak pernah berhenti.”

Lembaga pemerintah dan kelompok HAM di Gaza juga mencatat puluhan pelanggaran lain, termasuk pengeboman, tembakan langsung, dan penghancuran bangunan di area yang sepenuhnya berada dalam kontrol militer Israel.

Meski kesepakatan gencatan senjata mulai berlaku pada 10 Oktober lalu, serangan udara dan operasi militer belum menunjukkan tanda mereda. Analis memperingatkan: jika agresi dan krisis kemanusiaan ini terus berlanjut, Gaza bisa memasuki fase yang jauh lebih berbahaya.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here