Oleh: Ustaz Asep Sobari, Lc (Pendiri Sirah Community Indonesia)

Rasulullah Saw. merupakan nabi dan rasul yang menaruh perhatian khusus terhadap pembebasan Baitul Maqdis. Terlebih lagi, hijrah beliau ke Madinah membawa dua misi besar, yakni membebaskan Kota Makkah dan membebaskan Baitul Maqdis. Dua tempat suci itu harus dibebaskan dari segala bentuk kesyirikan.

Maka tak heran jika Rasulullah merancang ragam strategi agar para kaum muslimin bisa membebaskan Baitul Maqdis. Sebagaimana diketahui, Rasulullah telah mengisyaratkan bahwa penaklukan kota Makkah akan terjadi pada zamannya, sementara Baitul Maqdis setelah beliau wafat.

Dalam perjalanan menuju pembebasan Baitul Maqdis pada masa Rasulullah yang paling terkenal adalah perang Mu’tah dan perang Tabuk. Tapi sebenarnya banyak peristiwa penting yang terjadi pada Rasulullah yang menjadi bagian dari pemulus jalan pembebasan Baitul Maqdis. Misalnya pada akhir tahun keenam Hijriyah, Nabi Muhamamd menulis surat kepada penguasa di sekitar Syam dan penguasa di luar Jazirah Arab.

Setidaknya ada dua alasan mengapa Rasulullah sangat perhatian dengan Baitul Maqdis. Pertama karena alasan esensi dakwah terkait dengan tetorial atau pijakan dakwah ke seluruh dunia. Kedua dari aspek strategi. Secara strategi, untuk membawa Islam ke level dunia, maka wilayah yang paling harus dibebaskan adalah Syam. Ini karena Syam adalah titik temu antara Afrika, Eropa, dan Asia.

Strategi Pembebasan Baitul Maqdis Sebelum Penakukan Kota Makkah

Penaklukan Kota Makkah terjadi pada 8 Hijiriah. Pada tahun keenam Hijriah, Rasulullah memimpin secara langsung 1000 pasukan menuju Dumatul Jandal.

Rasulullah mendengar kabar bahwa beberepa kabilah di sekitar Dûmatul Jandal –suatu daerah dekat Syam, yang berjarak 15 hari perjalanan dari Madinah- sering mengganggu dan merampok siapa saja yeng melewati daerah mereka, padahal di sana ada pusat perdagangan yang ramai dikunjungi oleh para pedagang termasuk para pedagang dari Arab. Selain itu, para pengacau mulai memobilisasi anggota mereka dalam jumlah besar untuk bergerak dan menyerang Madinah.

Rasulullah kemudian merespon dengan mengerahkan pasukan yang berjumlah seribu personil. Beliau menunjuk Siba’ bin ‘Urfuthah al-Ghifari sebagai wakil beliau di Madinah.

Dalam peristiwa ini, tidak sempat terjadi kontak senjata. Karena ketika mendengar kehadiran pasukan kaum muslimin, para pengacau lari ketakutan meninggalkan kampung halaman mereka. Sehingga ketika Rasûlullâh dan pasukannya sampai di Dûmatul Jandal, daerah tersebut lengang

Ketika berhasil menguasai Dûmatul Jandal, beliau tinggal di sana selama beberapa malam sambil menyebar pasukannya untuk mencari jejak musuh. Namun, tidak ada yang bisa menemukan jejak mereka kecuali pasukan di bawah pimpinan Muhammad bin Maslamah yang berhasil menangkap salah seorang dari mereka. Orang ini kemudian ditawari agar memeluk agama Islam. Dia menerima tawaran tersebut, lalu Rasûlullâh kembali ke Madinah.

Dari peristiwa ini, terlihat betul strategi yang tengah dibangun oleh Rasulullah. Secara geografis, Dumatul Jandal merupakan suatu daerah yang terletak di kawasan padang pasir Syam di dekat Damaskus dan di ujung utara Hijaz. Jaraknya dengan Damaskus sekitar lima hari perjalanan, sementara dengan Madinah al-Munawwarah sekitar lima belas atau enam belas hari perjalanan.

Selain mengamankan wilayah tersebut, Rasulullah juga ingin menancapkan reputasi dan wibawahnya ke kawasan yang begitu jauh dari Madinah. Setelah peristiwa itu, tercatat banyak kelompok yang masuk Islam. Sehingga hal itu di kemudian hari memudahkan kaum muslim menuju pembebasan Baitul Maqdis.

Perang Sariyyah di Dumatul Jandal

Pada bulan Sya’ban tahun keenam Hijriah, Rasulullah mengutus Abdurahman bin Auf ke Dumatul Jandal. Di daerah ini, hidup Bani Kalb yang mayoritasnya beragama Kristen Katolik, sebagaimana agama penguasa mereka yakni Kekaisaran Romawi sebelum akhirnya cahaya Islam datang menyinari kehidupan mereka. Abdurahman bin Auf diutus ke Dumatul Jandal lengkap bersama sejumlah pasukan untuk mengantisipasi kalau Bani Kalb malah menyatakan perang

Pengutusan duta ke Daumatul Jandal merupakan bagian dari syiar Islam. Terlebih lagi Daumatul Jandal adalah salah satu wilayah strategis sebab ia adalah pintu gerbang yang biasa dilalui kafilah dagang yang hendak lalu lalang dari Hijaz dan Jazirah ke Syam atau sebaliknya. Sehingga wilayah ini bisa menjadi kunci pembebasan Baitul Maqdis.

Sebelum berangkat, Rasulullah memanggil untuk memberi pesan kepada Abdurahman bin Auf. “bersiap-siaplah, aku akan membentuk pasukan sariyah dan mengangkatmu sebagai pemimpinnya.”

Ketika Abdurrahman tiba, Rasulullah membimbing tangan dia untuk duduk dan memasangkan imamah Abdurahman. Kemudian dia berkata, “Seranglah musuh dengan menyebut nama Allah dan di jalan Allah, perangilah mereka yang kafir kepada Allah, jangan ada korupsi, jangan berkhianat, jangan membunuh anak-anak. Ini adalah janji kepada Allah dan ajaran Rasul-nya untuk kalian.”

Dalam beberapa riwayat disebutkan, “kalau mereka mau masuk Islam maka  nikahilah putri penguasanya.”

Dari sini tertangkap pesan, bahwa misi ini bukan semata-mata untuk mengalahkan, menaklukkan, tapi Rasul ingin membuat mereka lebih bahagia dari sebelumnya dengan cahaya Islam.

Sumber: Youtube AQL Network Baitul Maqdis

Editor: Moe

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here