Sebuah jebakan kompleks yang dirancang dengan presisi dan kecerdasan tinggi berhasil menewaskan serta melukai sejumlah tentara Israel di Khan Younis, Gaza selatan. Inilah operasi terbaru yang dirilis oleh Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, dan menjadi bukti bahwa resistensi Palestina masih menguasai medan tempur di jantung wilayah pendudukan.
Menurut analis militer Kolonel Hatim Karim Al-Falahi, operasi penyergapan ini berlangsung di kawasan yang sepenuhnya berada di bawah kendali militer Israel. Hal itu terlihat dari kelengahan pasukan Zionis yang tidak mengenakan helm atau rompi antipeluru, karena merasa aman di zona kendali mereka.
Jebakan Berlapis di Jalur Terowongan
Dalam video yang dirilis Al-Qassam, para pejuang menggunakan taktik “Raungan Serigala” untuk memancing pasukan Israel masuk ke dalam terowongan jebakan yang sudah dipasangi bom. Setelah pasukan Israel masuk, bom diledakkan tepat saat posisi mereka terkunci di jarak nol, sebelum dilanjutkan dengan penyerbuan mendadak.
Tidak berhenti di situ, Al-Qassam kemudian menyerang tim evakuasi Israel dengan dua bom antipersonel, lalu menghancurkan tiga bangunan tempat pasukan Israel berlindung. Semua ini dilakukan setelah pengintaian ketat terhadap pergerakan pasukan dan kendaraan militer Israel di lokasi.
Gambaran Perang Kota yang Terus Berkembang
Menurut Al-Falahi, operasi ini menunjukkan bahwa faksi perlawanan Palestina terus unggul dalam perang kota, dengan kemampuan memanfaatkan medan, menipu lawan, dan menyergap dari balik bayang-bayang terowongan.
Al-Qassam, katanya, berhasil mengubah wilayah Khan Younis dan Gaza utara menjadi medan tempur penuh jebakan, yang memaksa pasukan Israel kehilangan inisiatif dan terus menanggung kerugian meski sudah 600 hari lebih perang berlangsung.
Ketidaksiapan Pasukan Israel dan Keunggulan Pejuang
Al-Falahi menilai bahwa tentara Israel masih terus mengulangi kesalahan yang sama, disebabkan oleh minimnya pengalaman dalam pertempuran jarak dekat dan perang gerilya, serta perbedaan kondisi geografis dan unit-unit militer yang diturunkan.
Sementara itu, kelicinan strategi para pejuang serta kemampuan menyembunyikan rute, bahan peledak, dan persenjataan membuat militer Israel kerap kehilangan arah.
“Hajar Daud” vs “Kereta Gideon”
Terkait nama operasi “Hajar Daud” yang digunakan Al-Qassam, Al-Falahi menjelaskan bahwa faksi perlawanan selalu merespons nama-nama operasi militer Israel dengan referensi sejarah yang menunjukkan perlawanan dan keberanian. Kali ini, “Hajar Daud” menjadi antitesis dari operasi Israel yang dinamai “Kereta Gideon”.
Ia juga menyebut bahwa saat ini operasi Israel memasuki tahap ketiga, yakni fase penetrasi darat secara terbatas setelah pengeboman udara intensif. Fase ini bertujuan memisahkan warga sipil dari kelompok perlawanan dan mempersempit ruang gerak para pejuang.
Namun kenyataan di lapangan menunjukkan, perlawanan tidak goyah, bahkan semakin mematikan.