Spirit of Aqsa- Menteri Keuangan Israel sayap kanan ekstrem, Bezalel Smotrich, menyatakan, memperkuat proyek pertanian di Tepi Barat adalah tujuan strategis untuk menghapus Garis Hijau, yang melambangkan batas wilayah Israel sebelum Perang 1967.
Saat mengunjungi salah satu pos permukiman ilegal pada Ahad (29/12), Smotrich menegaskan bahwa ladang-ladang pertanian di Tepi Barat adalah “tujuan strategis untuk mempertahankan tanah dan mencegah pengambilalihan oleh pihak lain.”
Menurutnya, proyek-proyek pertanian merupakan cara “mencegah warga Palestina memperluas kendali ilegal mereka atas tanah,” sebagaimana diklaimnya.
Smotrich secara terang-terangan menolak solusi dua negara dan menganggap seluruh wilayah Tepi Barat—termasuk Yerusalem Timur—sebagai bagian dari Israel. Ia juga pernah berjanji untuk sepenuhnya menguasai Tepi Barat pada tahun 2025 melalui rencana yang disebutnya sebagai “penerapan kedaulatan Israel.”
Pada 12 November lalu, media penyiaran resmi Israel melaporkan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berencana memasukkan agenda aneksasi Tepi Barat ke dalam program pemerintahannya setelah Presiden AS terpilih, Donald Trump, mulai menjabat pada Januari mendatang.
Sementara itu, pada Juli lalu, Mahkamah Internasional menegaskan bahwa rakyat Palestina memiliki hak untuk menentukan nasib sendiri, dan permukiman Israel di wilayah pendudukan harus dibongkar.
Pekan lalu, organisasi “Peace Now” yang menentang permukiman Israel di tanah Palestina, melaporkan bahwa para pemukim Israel mendirikan tujuh pos permukiman baru sepanjang tahun ini di Zona B, yang secara sipil berada di bawah kendali Palestina di Tepi Barat.
Menurut estimasi “Peace Now,” lebih dari 500.000 pemukim Israel tinggal di 147 permukiman dan 224 pos permukiman di Tepi Barat, sementara lebih dari 240.000 lainnya tinggal di 15 permukiman di tanah Yerusalem Timur yang diduduki.
Permukiman adalah kawasan yang dibangun dengan persetujuan pemerintah Israel, sementara pos permukiman sering didirikan oleh para pemukim tanpa persetujuan resmi.
Komunitas internasional terus mendesak Israel untuk mundur ke batas wilayah yang diduduki pada 4 Juni 1967 guna memungkinkan berdirinya negara Palestina merdeka.
Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah pejabat Israel, termasuk Perdana Menteri Netanyahu, secara terang-terangan menyatakan niat Tel Aviv untuk menganeksasi Tepi Barat.
Gelombang besar pembangunan permukiman di Tepi Barat ini terjadi bersamaan dengan perang genosida yang dilakukan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 dengan dukungan Amerika Serikat. Selain itu, Israel juga terus meningkatkan serangan terhadap warga Palestina serta sumber-sumber penghidupan mereka di Tepi Barat, termasuk di Yerusalem Timur.
Sumber: Al Jazeera