Seorang warga Palestina mengalami luka parah akibat tembakan pasukan pendudukan Israel saat penyerbuan ke kota Halhul, utara Hebron, di selatan Tepi Barat yang diduduki. Insiden ini terjadi di tengah operasi serangan besar-besaran Israel ke berbagai kota dan desa di Tepi Barat.
Sumber medis menyatakan kepada Al Jazeera bahwa seorang pemuda tiba di Rumah Sakit Pemerintah Hebron dengan luka serius. Kementerian Kesehatan Palestina dalam pernyataan singkat menyebutkan, seorang pria berusia 26 tahun menderita luka kritis akibat tembakan pasukan Israel di Halhul.
Saksi mata melaporkan kepada kantor berita Anadolu bahwa pasukan Israel menyerbu Halhul, melepaskan peluru tajam, serta menembakkan gas air mata dalam bentrokan dengan para pemuda yang melempari kendaraan militer Israel dengan batu.
Selain Halhul, pasukan Israel juga menyerbu kota Dura di selatan Hebron, desa Al-Mughayyir di timur laut Ramallah dan Al-Bireh, serta kota Azzun di timur Qalqiliya.
Di wilayah Al-Quds, pasukan Israel menyerbu distrik Ras Shahada di pinggiran Salam dan menutup semua akses jalan menuju kawasan tersebut untuk menghancurkan sebuah gedung hunian yang sedang dibangun milik keluarga Palestina. Mereka juga meratakan dua jalan di Salam, menyebabkan kerusakan infrastruktur besar-besaran.
Menurut statistik dari otoritas Yerusalem, sejak 7 Oktober 2023, Israel telah melakukan sekitar 433 operasi penghancuran dan perataan bangunan di wilayah Yerusalem.
Serangan Pemukim Israel
Dalam insiden terpisah, pemukim ekstremis Israel memasang menorah di salah satu bangunan bersejarah di wilayah Masafer Yatta, selatan Hebron, untuk merayakan Hanukkah.
Mereka juga melakukan ritual Talmud di lokasi tersebut setelah menduduki kawasan itu selama dua tahun terakhir dan melarang warga Palestina mendekatinya. Aktivis anti-pendudukan Palestina menyebutkan bahwa pemukim memanfaatkan perayaan Yahudi untuk memperbanyak serangan ke situs bersejarah di Tepi Barat dengan tujuan menguasainya dan menghapus identitas Palestina.
Ribuan Penangkapan
Lembaga yang fokus pada isu tahanan Palestina melaporkan pada Selasa bahwa sepanjang 2024, militer Israel telah menangkap 8.800 warga Palestina di Tepi Barat, dan 14.300 sejak dimulainya serangan genosida di Gaza. Jumlah ini belum termasuk ribuan penangkapan di Gaza.
Laporan gabungan dari Komisi Urusan Tahanan, Klub Tahanan Palestina, dan Al-Dameer menunjukkan bahwa tahun 2024 menjadi salah satu tahun paling berdarah dalam sejarah konflik Palestina-Israel. Dari total tahanan, terdapat 266 perempuan yang ditangkap sepanjang tahun ini, termasuk 450 sejak perang di Gaza dimulai. Jumlah anak-anak yang ditangkap di Tepi Barat mencapai setidaknya 700 sepanjang 2024 dan 1.055 sejak Oktober.
Pasukan Israel juga menangkap 145 jurnalis dan 320 dokter, mayoritas dari Gaza. Selain itu, mereka mengeluarkan 10.000 perintah penahanan administratif, termasuk terhadap anak-anak dan perempuan.
Laporan tersebut mencatat bahwa aksi penangkapan sering disertai pelanggaran berat, seperti penyiksaan, pemukulan brutal, ancaman terhadap tahanan dan keluarga mereka, serta penghancuran rumah, penyitaan kendaraan, uang, dan emas.
Hingga Desember 2024, jumlah tahanan di penjara Israel mencapai lebih dari 10.300 orang, termasuk 3.428 tahanan administratif, 100 di antaranya anak-anak, dan 22 perempuan.
Korban Jiwa dan Dukungan Amerika
Di tengah perang genosida di Gaza, militer Israel memperluas operasinya di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur. Serangan ini menewaskan 835 warga Palestina dan melukai sekitar 6.700 orang, menurut data resmi Palestina.
Dengan dukungan Amerika Serikat, Israel sejak 7 Oktober 2023 telah melakukan genosida di Gaza yang menyebabkan lebih dari 154.000 korban tewas dan terluka, mayoritas anak-anak dan perempuan. Sebanyak 11.000 lebih orang dinyatakan hilang, dengan kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang menewaskan puluhan anak dan orang tua, menjadikannya salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.