Spirit of Aqsa- Pada Jumat (19/4/2024), pesan berantai Hamas beredar viral di media sosial. Seperti dikutip Al Mayadeen, pesan itu berisikan permintaan Hamas agar umat Islam, khususnya warga Palestina di Tepi Barat, Al-Quds, dan daerah pedalaman yang diduduki Israel merapat ke Masjid Al-Aqsa dan menjaganya setidaknya hingga Senin (22/4/2024).

Mobilisasi umat ke Al-Aqsa, menurut Hamas, untuk mencegah rencana zionis yang dikabarkan akan melaksanakan ritual pengurbanan ternak, yang disebut-sebut adalah sapi merah, pada Senin (22/4/2024).

“Kami mengundang rakyat Palestina di Tepi Barat, Al-Quds, dan sekitarnya untuk bergerak dan menuju Al-Aqsa, melaksanakan i’tikaf dimulai hari ini sejak shalat Jumat hingga Senin, untuk melindungi, mempertahankan dan mencegah rencana zionis dan kelompok ekstrimis yang disebut ‘Sekte Kuil’, yang berencana melaksanakan ritual (penyembelihan) pada Ahad dan Senin,” demikian keterangan Hamas.

Dalam surat itu, Hamas juga meminta doa dan dukungan dari dunia internasional untuk mengaktifkan forum solidaritas membela Al-Aqsa dan Gaza. “Dan mendukung perjuangan kami, hingga penjajahan berhenti, hak-hak kami kembali, dan tanah Palestina dimerdekakan,” ujar Hamas, dalam keterangannya itu.

Dikutip dari Middle East Observer, organisasi Gunung Kuil secara resmi telah mengajukan permohonan izin kepada kepolisian Israel untuk menggelar ritual penyembelihan ternak di Masjid Al-Aqsa ada 22 April 2024 atau puncak perayaan Paskah kaum Yahudi. Namun tidak jelas dalam surat permohonan izin yang beredar di X, apakah yang akan disembelih adalah sapi merah yang belakangan dihebohkan.

Pada 27 Maret 2024, seperti dilaporkan Middle East Eye puluhan warga dan Rabi Israel berkumpul dalam sebuah konferensi di Shilo, sebuah daerah pemukiman ilegal Israel di dekat Kota Nablus, Palestina. Mereka berkumpul mendiskusikan ritual kurban sapi merah.

Berlokasi terpisah di sebuah bukit di Tepi Barat, lima ekor sapi merah jenis Angus yang sebelumnya diimpor dari Texas, Amerika Serikat, ditempatkan di sebuah kandang tengah mengunyah jerami. Sapi-sapi itu, jika nantinya sudah cukup umur, akan dijadikan kurban sebagai bagian dari ritual menyongsong datangnya sang Mesiah.

Merujuk pada tradisi Yahudi, abu hasil dari pembakaran sapi merah dibutuhkan dalam ritual pemurnian yang akan menjadi jalan dibangunnya Kuil Ketiga di Yerusalem. Kuil itu, menurut keyakinan kelompok Yahudi radikal, harus dibangun di atas dataran tinggi di Kota Tua Yerusalem, di mana lokasi persisnya terletak Bukit Bait Suci, di titik Masjid Al-Aqsa dan Dome of the Rock kini berdiri. Mereka percaya, kuil itu menjadi salah satu syarat datangnya Mesiah turun ke bumi.

Selama bertahun-tahun, anggota dari komunitas Kuil Ketiga yang dikomandoi oleh Institut Kuil berbasis di Yerusalem, mencari seekor sapi merah yang sesuai dengan deskripsi Taurat. Sapi merah yang sempurna tidak boleh memiliki cacat sedikitpun, dan tanpa sehelai rambut berwarna putih atau hitam di tubuhnya.

Dalam kepercayaan bangsa Yahudi, sapi merah yang sempurna tidak pernah ada atau terlihat dalam 2.000 tahun terakhir. Tidak pernah ada sejak Kekaisaran Romawi menghancurkan Kuil Kedua yang diyakini pernah berdiri di lokasi Bukit Bait Suci, sekitar tahun 70 setelah Masehi.

Atas dasar itu, beberapa aktivis Yahudi bersama pemeluk Kristen Evangelis di AS, yang meyakini pembangunan Kuil Ketiga akan menjadi syarat kedatangan kedua Yesus (Isa Almasih) dan perang besar (Armageddon), memutuskan untuk mengembangbiakkan sendiri sapi merah. Hingga pada akhir 2022, lima sapi merah yang dinilai menjanjikan dan sesuai kriteria tiba di Israel dari Texas pada akhir tahun lalu.

Seorang Rabi bernama Yitzchak Mamo, sebelumnya mengatakan, kepada Christian Broadcasting Network, bahwa ritual pengorbanan sapi merah direncanakan saat perayaan Paskah pada akhir April 2024. Rencana ini pun sempat bocor di kalangan pejuang Hamas.

“Yang hanya tinggal mereka (kalangan Yahudi) lakukan adalah menyembelih sapi merah yang diimpor dari AS. Jika mereka jadi melakukan itu, itu adalah sinyal dibangunnya kembali Kuil Ketiga,” ujar sebuah sumber di kalangan pejabat Otoritas Palestina yang biasa berkomunikasi dengan Hamas kepada Middle East Eye.

Sejak Israel menguasai Yerusalem Timur seusai perang pada 1967, pemerintah Israel hingga kini tetap mempertahankan aturan era Ottoman yang membatasi kaum Yahudi memasuki kompleks Al-Aqsa. Etnis Yahudi juga sebenarnya dilarang masuk ke Al-Aqsa oleh Kepala Rabi Yerusalem sejak 1921 tanpa didahului ritual pemurnian diri dengan menggunakan abu hasil pembakaran sapi merah.

Namun, warga dan elite politik Israel kerap melanggar aturan itu. Saat ini, kunjungan warga Israel -dengan pengawalan militer- memasuki kompleks Al-Aqsa sudah menjadi pemandangan yang jamak.

Kini, komunitas Kuil Ketiga berharap ritual kurban sapi merah akan membuat etnis Yahudi bisa dimurnikan, sehingga mereka bisa beribadah dan berdoa di dalam kompleks Al-Aqsa. Penelitian oleh seorang profesor di Universitas Bar Ilan memperkirakan abu hasil pembakaran satu ekor sapi merah yang dicampur dengan air cukup untuk 660 miliar kali proses pemurnian diri orang Yahudi.

Merespons isu akan adanya ritual sapi merah, juru bicara Waqf, badan pengelola Al-Aqsa, Firas al-Debs bergeming. “Waqf dalam berbagai pernyataan selalu menekankan, kompleks Masjid Al-Aqsa hanya untuk umat Muslim dan tidak menerima kerja sama atau pembagian wilayah (dengan Yahudi),” tegas Firas.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here