Di tengah reruntuhan Gaza, kesunyian menjadi suara paling nyaring. Ribuan keluarga Palestina menanti tanpa kepastian, menunggu kabar tentang anak-anak dan kerabat yang hingga kini belum ditemukan. Sebuah bencana sunyi yang menggantungkan harapan banyak keluarga pada berita yang tak kunjung datang.
Komite Nasional untuk Urusan Orang Hilang di Gaza mengumumkan, lebih dari 10 ribu syahid masih tertimbun di bawah puing-puing bangunan yang hancur. Data PBB terbaru bahkan memperkirakan ada 11 ribu orang hilang, mayoritas perempuan dan anak-anak. Sementara organisasi Save the Children mencatat antara 17 hingga 21 ribu anak Palestina belum ditemukan, entah di mana mereka berada, atau apakah mereka masih hidup.
Wartawan senior Al Jazeera di Gaza, Wael Dahdouh, menyebut isu orang hilang sebagai salah satu dampak paling mengerikan dari genosida Israel. “Sebagian besar dari mereka masih tertimbun di bawah rumah-rumah yang hancur. Tapi untuk menemukan mereka dibutuhkan alat berat, tim penyelamat, dan akses yang selama ini ditolak Israel,” katanya.
Jenis lain dari mereka yang hilang adalah warga yang berada di zona merah, wilayah yang masih diduduki pasukan Israel. Di sana, banyak jasad yang dibiarkan tergeletak di jalanan, sebagian dimangsa hewan, tanpa ada yang bisa mendekat.
Ada pula mereka yang ditangkap oleh tentara pendudukan, sebagian di antaranya diyakini syahid akibat penyiksaan, sementara lainnya masih ditahan di penjara-penjara Israel tanpa kejelasan nasib.
Meski pihak Palestina telah berulang kali meminta Israel menyerahkan daftar nama tahanan dan orang hilang, permintaan itu ditolak mentah-mentah. Ironisnya, Israel menuntut hal serupa untuk jenazah tentaranya yang hilang di Gaza.
Dahdouh menegaskan, “Ini bukan sekadar data statistik. Ini adalah teka-teki besar yang menyimpan luka kolektif masyarakat Gaza.” Ia juga menyoroti bahwa Israel menolak masuknya tim pencari, bahkan yang didampingi Palang Merah Internasional, ke wilayah-wilayah di bawah kendalinya, yang mencakup hampir setengah wilayah Gaza.
“Siapa pun yang berhasil menemukan jasad atau anggota keluarga mereka, itu hanya karena kebetulan,” ujarnya. Sementara itu, Israel justru aktif mencari sisa-sisa jasad tentaranya di lokasi yang sama.
Wael meyakini, tekanan diplomatik dari Amerika Serikat dan para mediator internasional seharusnya bisa memaksa Israel mematuhi klausul gencatan senjata, terutama yang berkaitan dengan pencarian korban dan orang hilang.
Namun hingga kini, Gaza masih menyimpan ribuan nama yang belum kembali, sebuah daftar panjang yang menunggu untuk diakhiri.
Sumber: Al Jazeera










