Spirit of Aqsa, Palestina- Rakyat Gaza dengan tegas menolak meninggalkan Gaza setelah didesak oleh penjajah Israel. Militer Israel mengirim sinyal rencana invasi darat ke Gaza. Mereka telah menempatkan ratusan ribu tentara di perbatasan.
Kendati begitu, rakyat Gaza tidak ingin termakan profokasi zionis Israel. Kantor Media Pemerintah Sipil di Gaza menegaskan, rakyat mereka tidak akan meninggalkan rumah-rumah mereka sekarang kecuali untuk pulang ke wilayah yang terjajah pada 1948 atau Palestina 48.
Abu Mamoud, salah satu warga Gaza yang tegas menolak meninggalkan tanah kelahirannya. Meski dihempur tiap hari, Abu mahmoud bahkan terus berkeliling menemui para tetangga, keluarga, dan masyarakat Gaza untuk menguatkan mereka.
Abu Mahmoud selalu mengingatkan tentang peristiwa Nakbah. Dia tak ingin Nakbah jilid II kembali terjadi. Maka itu, dia terus berusaha menyemangati warga Gaza untuk tetap sabar dan tabah.
Bahkan, Abu Mahmoud membuat grup khsusus di aplikasi pesan singkat WhatsApp. Dia terus mendorong masyarakat untuk teguh mempertahankan tanah mereka. Langkah itu merupakan cara terbaik untuk menggagalkan zionis Israel yang mendesak rakyat Gaza eksodus massal.
Seorang dosen Gaza mengatakan, “Kami tidak akan pergi, anak-anak kami di Jalur Gaza. Jangan meninggalkan rumah Anda dan menolak perang psikologis kriminal Israel. Bahkan, jika rumah Anda hancur, tidurlah di antara puing-puingnya. Ingat, setiap rumah dari Rafah hingga Beit Hanoun menjadi sasaran. Tetap tabah dan jangan terulang Nakba 1948.”
Hamas juga telah me memperingatkan hal tersebut kepada masyarakat. Hamas meyakinkan rakyat Gaza bahwa mereka telah siap menghadapi invasi darat zionis Israel.
Kepala kantor media pemerintah, Salama Marouf, mengatakan, penjajah Israel berusaha untuk menyiarkan dan menyebarkan berita palsu, berita propaganda dengan berbagai cara, yang bertujuan untuk menciptakan kebingungan di kalangan masyarakat.
Di antara upaya-upaya ini adalah mengarahkan beberapa pekerja di lembaga-lembaga internasional ke selatan, mengacu pada selatan Jalur Gaza, yang dimulai dengan Kegubernuran Pusat, yang sebagian besar merupakan kamp-kamp pengungsi, dan provinsi tetangga Khan Yunis dan Rafah di ujung selatan.
Saksi mata dari daerah-daerah ini mengatakan, sejumlah pengungsi berkumpul di dalam mobil dan barang-barang mereka di jalan-jalan dan di sekitar rumah sakit, tanpa ada tujuan.
Sumber: Al Jazeera