Selasa pagi (29/7), sebanyak 141 pemukim ekstremis Yahudi menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsha dengan pengawalan ketat dari pasukan pendudukan Israel. Di saat bersamaan, militer Israel menghancurkan sejumlah rumah milik warga Palestina di lingkungan Ainul Louzah, Silwan, hanya sepelemparan batu dari kiblat pertama umat Islam.

Penodaan yang Terus Berulang

Menurut keterangan dari Departemen Wakaf Islam di Al-Quds yang diduduki, ratusan pemukim melakukan tur provokatif di halaman Masjid Al-Aqsha, mengitari situs suci sambil mendengarkan narasi tentang “Kuil Sulaiman” yang diklaim berdiri di tempat itu.

Lebih dari itu, mereka juga menjalankan ritual Talmud di sisi timur masjid, dengan perlindungan penuh dari pasukan Israel. Sementara itu, warga Palestina yang ingin beribadah di tempat suci tersebut harus melewati pemeriksaan ketat dan kerap ditahan di gerbang luar. Identitas mereka disita, hak ibadah mereka dirampas di tanah mereka sendiri.

Seruan dari Al-Quds

Menyikapi situasi yang kian memburuk, para ulama dan warga Al-Quds kembali menyerukan penguatan kehadiran di Masjid Al-Aqsha. Mereka menyeru umat Islam untuk meramaikan dan mempertahankan masjid dari upaya pendudukan yang terus berusaha memaksakan pembagian waktu dan ruang atas situs suci tersebut—sebuah langkah awal dalam proyek besar Yahudisasi Al-Aqsha.

Penghancuran Rumah di Silwan: Melenyapkan Kehidupan

Di sisi selatan Al-Aqsha, tepatnya di lingkungan Ainul Louzah, pasukan Israel melanjutkan kebijakan penghancuran rumah warga. Pagi tadi, empat bangunan tempat tinggal dihancurkan oleh buldoser milik pemerintah kota pendudukan, dengan dalih “tidak memiliki izin pembangunan”.

Namun rakyat Palestina tahu, ini bukan sekadar soal izin. Ini adalah bagian dari strategi sistematis untuk mengosongkan wilayah-wilayah penting di Al-Quds dari penduduk aslinya, demi membuka jalan bagi ekspansi pemukim Yahudi.

Selama beberapa bulan terakhir, rumah-rumah di lingkungan Al-Bustan dan Al-Louza, keduanya berada di Silwan—terus dihancurkan. Menurut organisasi Israel Ir Amim yang memantau kebijakan pendudukan di Yerusalem, proyek yang disebut “Taman Raja” sedang dijalankan oleh pemerintah kota. Proyek ini bertujuan menghapus perkampungan Palestina dan menggantinya dengan ruang terbuka yang menghubungkan pemukiman Yahudi di jantung Silwan.

Dalam unggahan di platform X, Ir Amim menyatakan: “Sejak 7 Oktober 2023, sekitar seperempat rumah di lingkungan Al-Bustan telah dihancurkan. Termasuk pusat komunitas yang sebelumnya melayani sekitar 1.500 warga.”

Upaya Sistematis Menghapus Al-Quds

Bagi rakyat Palestina, apa yang dilakukan Israel bukan sekadar kebijakan administratif. Ini adalah upaya sistematis untuk menghapus identitas Arab dan Islam dari Al-Quds, termasuk mengubah wajah Masjid Al-Aqsha, membungkam azan, dan menghilangkan jejak sejarah yang telah berakar selama berabad-abad.

Mereka menegaskan bahwa Al-Quds Timur (yang diduduki sejak 1967 dan secara ilegal dianeksasi oleh Israel pada 1981) adalah ibu kota abadi negara Palestina, sesuai dengan resolusi hukum internasional yang menolak klaim Israel atas kota tersebut.

Sumber: Pers Palestina

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here