Oleh: Ustaz Asep Sobari, Lc (Pendiri Sirah Community Indonesia)

Pada hari-hari terakhir Rasulullah SAW, ada peristiwa penting yang berkaitan dengan Syam, atau Baitul Maqdis, yakni perang Tabuk. Perang tabuk merupakan perang terkahir yang diikuti oleh baginda Nabi Muhammad SAW.

Perbedaan perang Tabuk dan Mu’tah adalah cukup signifikan. Pada perang Mu’tah, Rasulullah tidak ikut serta dan kaum muslimin tidak secara langsung menyiapkan pertempuran dengan Romawi, di sisi lain pasukan kaum muslimin kala itu berhasil keluar dari kepungan dari pasukan musuh yang jauh lebih besar. Sementara perang Tabuk dimpin langsung oleh Rasulullah SAW dan persiapan perang pun sangat masif dilakukan. Dalam perang ini, kaum muslimin berhasil memukul mundur Romawi secara langsung, sehingga mengukuhkan reputasi kaum muslimin yang sudah terbangun sejak awal di Mu’tah.

Perang Tabuk terjadi pada tahun kesembilan Hijriah, atau setelah perang Mu’tah, pada bulan Ra’jab. Perang berlokasi di sebuah kota yang terletak di antara lembah al-Qura dan Syam, jarak antara Tabuk dan Madinah mencapai 778 kilometer. Ketika itu, kaum Muslimin melawan pasukan dari kaum Romawi.

Perang tersebut berawal ketika Rasulullah SAW menerima kabar bahwa Raja Romawi, Heraklius, akan menyerang Madinah dengan pasukan yang besar melalui Syam. Pasukan Romawi telah sampai di Tabuk terlebih dahulu untuk menunggu musim dingin. Bisa dibayangkan, jika mereka tidak ditahan di Tabuk, maka kabilah-kabilah yang telah masuk Islam di sepanjang jalan menuju Madinah bisa  saja murtad, karena melihat jumlah musuh sangat besar.

Mendengar kabar tersebut, maka pada 5 Rajab tahun kesembilan Hijriah, Rasulullah berangkat dari Madinah menuju Tabuk. Patut dicatat, ini adalah perang yang Rasulullah mengumumkan secara langsung kepada para sahabat tentang lokasi dan tujuan peperangan. Padahal, dalam peperangan sebelumnya, beliau tidak pernah mengumumkan.

Rasulullah mengumumkan akan menyerang pasukan Romawi di Tabuk. Artinya, pasukan kaum muslimin akan berangkat pada musim panas itu juga, tidak menunggu musim dingin. Berita itu pun membuat Romawi gentar.

Kala itu, cuaca sangat panas dan musuh pun datang dengan jumlah yang sangat besar. Beliau pun menganjurkan pengumpulan dana. Peperangan inilah yang melatarbelakangi Abu Bakar RA menyerahkan seluruh hartanya, sehingga ketika ia ditanya oleh Nabi SAW, “Apa yang kamu tinggalkan di rumahmu? Ia menjawab, “Kutinggalkan Allah dan Rasul-Nya bersama mereka.”

Umar bin Khattab RA juga telah menginfakkan separuh hartanya. Begitupun dengan Utsman bin Affan RA menginfakkan perlengkapan perang untuk sepertiga pasukan. Beserta sahabat lainnya, menginfakkan lebih dari kemampuan mereka.

Inilah bukti bahwa jiwa sosial disertai iman para sahabat sangat tinggi. Sebab, pada masa itu keadaan para sahabat sedang susah, sehingga seekor unta harus dikendarai oleh sepuluh orang sahabat bergantian.

Perjalanan untuk menempuh perang pun dimulai. Rasulullah SAW dan pasukan kemudian meninggalkan Madinah menuju Tabuk yang wilayahnya berjarak 800 km dari Madinah. Perjalanan ini memakan waktu hingga 20 hari. Medan yang mereka tempuh juga sangat sulit. Selain keterbatasan bahan makanan, kaum muslimin juga harus menghadapi panasnya gurun pasir.

Saat tiba di Tabuk, Rasulullah berdiri di hadapan pasukan dan menyampaikan pidato yang penuh semangat hingga membuat semangat jihad prajurit semakin membara. Pasukan Romawi yang ditunggu-tunggu tak kunjung terlihat. Rupanya mereka takut dan khawatir melihat keberanian pasukan Muslimin. Mereka lari berpencar di perbatasan wilayah. Kejadian ini membuat pasukan Muslimin semakin dihormati di Jazirah Arab.

Rasulullah SAW didatangi oleh Yuhanah bin Rubbah dari Ailah untuk menawarkan perjanjian perdamaian. Rasulullah menulis selembar surat perjanjian dan memberikan kepada mereka. Akhirnya peperangan pun tidak terjadi.

Berbagai kabilah yang dulunya tunduk pada Romawi berbalik mendukung kaum Muslimin. Wilayah kekuasaan pemerintah Islam semakin bertambah luas, hingga berbatasan dengan wilayah kekuasaan bangsa Romawi.

Sumber: Youtube AQL Network Baitul Maqdis

Editor: Moe

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here