Di tengah keputusasaan dan blokade yang tak kunjung henti, Israel kembali menggempur Jalur Gaza, menyasar area pemukiman padat, fasilitas sipil, hingga pabrik solar yang menjadi salah satu sumber energi terakhir bagi warga Gaza. Dalam dua hari terakhir saja, lebih dari 80 warga Palestina gugur syahid, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan.

Pagi ini, satu anak syahid dan beberapa lainnya luka akibat serangan udara di kawasan Al-Karama, Gaza. Malam sebelumnya, serangan Israel menghantam rumah warga di lingkungan Zeitoun. Serangan demi serangan terus dilancarkan ke timur Kota Gaza, termasuk lingkungan Shujaiya dan Qarara, disertai tembakan artileri dan teror dari kapal perang di barat Khan Younis yang menargetkan para pengungsi di Al-Mawasi.

Yang lebih memilukan, jet tempur Israel menggempur sebuah pabrik solar di Zawaida, tepat saat Gaza menghadapi kekurangan bahan bakar parah. Kobaran api terlihat jelas, menghanguskan harapan warga akan listrik, pemanas, bahkan air bersih.

Serangan ini juga datang setelah militer Israel mengeluarkan perintah evakuasi baru di Khan Younis – sebuah pola kekerasan yang terus berulang: usir, bombardir, lalu hancurkan. Bahkan, bangunan-bangunan dan rumah sakit yang tersisa di Gaza utara kini tak luput dari ledakan.

Sumber medis melaporkan, dalam satu hari kemarin saja, 82 warga Palestina syahid akibat agresi brutal ini. Sebanyak 30 di antaranya gugur dalam satu serangan di sekolah Fahmi Al-Jarjaawi – tempat yang seharusnya menjadi zona aman bagi anak-anak.

Sejak 18 Maret, ketika Israel membatalkan sepihak perjanjian gencatan senjata, lebih dari 3.800 warga Palestina telah dibunuh dan hampir 11.000 lainnya terluka. Dunia menyaksikan, tapi diam. Sementara rakyat Gaza terus bertahan dengan sisa-sisa kemanusiaan di tengah kehancuran total.

Mereka tidak hanya diserang dengan bom—mereka juga diserang dengan kelaparan, pengusiran, dan diamnya dunia.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here