Keluarga tawanan Israel di Gaza menggelar aksi protes pada Senin (19/2) di depan gedung Knesset di Al-Quds. Aksi ini bertepatan dengan pengumuman mogok makan selama delapan jam sebagai bentuk tekanan kepada Otoritas Israel untuk menuntaskan kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan memastikan pembebasan seluruh tawanan Israel di wilayah tersebut.

500 Hari dalam Tawanan

Aksi protes diawali dengan pawai dari kediaman Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di Yerusalem Barat menuju Knesset. Para demonstran membawa foto-foto tawanan Israel yang masih berada di Gaza.Hari ini juga menandai 500 hari sejak para tawanan ditangkap pada 7 Oktober 2023.

Sebagai bentuk solidaritas terhadap 73 tawanan Israel yang masih berada di Gaza—berdasarkan estimasi media Israel—keluarga mereka mengumumkan mogok makan selama 500 menit. Perkiraan lain menyebutkan bahwa sekitar setengah dari para tawanan tersebut masih hidup.

Dalam pernyataan di platform X, keluarga tawanan mendesak pemerintah Israel untuk terus melaksanakan kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tawanan dengan Hamas hingga seluruh tawanan kembali ke Israel.

Perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tawanan mulai berlaku pada 19 Januari lalu. Kesepakatan ini mencakup tiga tahap, masing-masing berlangsung 42 hari, dengan negosiasi berlanjut untuk memasuki tahap berikutnya. Perundingan ini dimediasi oleh Mesir dan Qatar dengan dukungan Amerika Serikat.

Tekanan terhadap NetanyahuNegosiasi untuk memasuki tahap kedua seharusnya dimulai pada 3 Februari. Namun, pernyataan dari pejabat pemerintah Israel mengindikasikan bahwa Netanyahu ingin memperpanjang tahap pertama dan menunda peralihan ke tahap berikutnya. Israel juga tidak menjalankan ketentuan dalam protokol kemanusiaan, seperti pengiriman unit hunian sementara dan peralatan untuk membersihkan puing-puing.

Manuver pemerintah Israel ini membuat keluarga tawanan meningkatkan tekanan agar kesepakatan pertukaran segera diselesaikan sebelum kelompok pejuang di Gaza mengambil langkah-langkah balasan yang dapat membahayakan pembebasan tawanan yang tersisa.

Kantor berita Anadolu melaporkan bahwa Mesir dan Qatar sedang melakukan upaya diplomatik intensif untuk menyelamatkan kesepakatan, meski Israel terus melanggar perjanjian dan menghadapi kendala logistik dalam pelaksanaan tahap pertama.

Sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023 hingga 19 Januari 2025, dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat, Israel telah melakukan genosida di Gaza. Agresi militer ini menyebabkan sekitar 160 ribu warga Palestina gugur atau terluka, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan. Lebih dari 14 ribu orang masih dinyatakan hilang di bawah reruntuhan.

Sumber: Al Jazeera, Anadolu

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here