Oleh: Ustaz Asep Sobari, Lc (Pendiri Sirah Community Indonesia)

Perang Yarmuk merupakan peperangan yang sangat penting jika berbicara sejarah pembebasan Baitul Maqdis di Syam. Penaklukan Syam tidak bisa difahami dengan baik, jika tidak memahami bagaimana Allah SWT memenangkan kaum muslimin dalam melawan pasukan Romawi. Dampak perang Yarmuk sangat besar bagi kaum muslimin, dan sangat berdampak bagi Romawi.

Perang itu merupakan pukulan yang sangat telak bagi Romawi. Sebab, Romawi merupakan imperium terkuat di muka bumi kala itu. mereka baru saja mengalahkan Persia. Namun, mereka tidak mampu mengalahkan kaum muslimin.

Peperangan tersebut berlangsung pada tahun 13 Hijriah. Pasukan Romawi kala itu berjumlah 240.000 orang melawan 40.000-45.000 pasukan kaum muslimin. Dalam peperangan tersebut, peran Khalid bin Walid sangat signifikan. Ia membagi pasukan menjadi 36-40 datasemen kecil. Pasukan inti berada di tengah, lalu dibagi menjadi 18 datasemen di bawah pimpinan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, Ikrimah, dan Al-Qa’qa.

Khalid bin Walid membagi pasukan kanan menjadi 10 datasemen di bawah pimpinan Amru bin Ash dan Syurahbil bin Hasanah. Pasukan kiri menjadi 10 datasemen di bawah komando Yazid bin Abu Sofyan. Pasukan depan 1 detasemen kecil untuk ditugaskan mengawasi gerak musuh. Pasukan belakang dibagi menjadi 5 detasemen dibawah pimpinan Sa’id bin Yazid.

Abdullah bin Mas’ud bertugas khusus untuk mengurusi pangan, kebutuhan pasukan dan harta rampasan. Al-Miqdad bin Al-Aswad berkeliling melafalkan ayat-ayat jihad untuk memotivasi pasukan muslimin. Sedangkan khatib yang ditugaskan membakar semangat kaum muslimin adalah Abu Sufyan bin Harb.

Begitu halnya dengan pasukan Romawi, mereka menyusun strateginya untuk berusaha mencerai beraikan pasukan kaum muslimin.

Strategi Awal

Ada detil-detil kecil yang sangat penting untuk diperhatikan dalam peperangan Yarmuk. Pertama, perkembangan strategi perang yang dilakukan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq. Melalui perang ini, Abu Bakar terbukti sebagai sosok khalifah yang sangat cerdas dalam membuat strategi perang.

Setelah Persia tak mampu berkutik di depan kekuatan kaum muslimin, Abu Bakar kemudian memfokuskan perhatiannya untuk menaklukkan Baitul Maqdis. Dia lalu membentuk 4 pasukan perang untuk dikirim ke Syam melawan Romawi. 4 pasukan itu masing-masing dipimpin oleh Amru bin Ash menuju Palestina, Abu Ubaidah Al-Jarrah ke Hims, Yazid bin Abu Sofyan ke Damaskus, dan Syurahbil bin Hasanah ke Bashrah.

Pasukan itu berangkat ke dua titik utama yakni utara Syam dan selatan Syam. Utara yakni ke Hims dan Selatan ke Palestina. Dari Madinah terbagi dua, yakni Palestina berada di sisi kiri Madinah, dan sisi kanan adalah Hirah. Tentu saja untuk sampai ke Hirah, harus melalui Damaskus, sebelumnya Bushrah, dan terus tersambung ke jaziarah Arab. Sehingga Abu Bakar Ash-Shiddiq menyiapkan jalur atau mengondisikan jalur dari Madinah ke Syam, agar sepenuhnya bisa terkawal.

Maka itu, Abu Bakar Ash-Shiddiq menempatkan pasukan Syurahbil bin Hasanah, Yazid bin Abu Sofyan, dan Abu Ubaidah dalam satu jalur. Dimulai dari paling selatan Syam (Bushrah), tengah (Damaskus), kemudian target pada saat itu adalah utara Syam (Hims). Artinya tiga titik sekaligus, makanya mereka berangkat bersamaan.

Syurahbil bin Hasanah pasukan back-up paling selatan (Bushrah), itu agar jalur bantuan dari Madinah jika diperlukan tetap dalam kendali kaum muslimin. Sementara Yazid bin Abu Sofyan sudah ada di tengah yakni Damaskus. Abu Ubaidah Al-Jarrah paling utara (Hims). Jadi ujung tombak adalah Abu Ubdaiha Al-Jarrah. Sementara, Amru bin Ash berada di jalur berbeda. Dari Madinah menuju Dumatul Jandal, ke Zatu Salasil, sampai ke arah Palestina.

Hal ini membuat konsentrasi Kaisar Romawi, Heraklius, otomatis akan pecah. Ada tiga titik penting yang dipakai Heraklius untuk menghadapi Abu Bakar. Pertama, dua titik selatan dan utara Syam, yakni Palestina dan Hims. Heraklius menunjuk saudara kandungnya untuk menghadapi Amru bin Ash secara terpisah dengan 90.000 pasukan.

Heraklius juga mengirim pasukan utama untuk menghadapi pasukan Abu Ubaidah dengan 60.000 pasukan. Semntara pasukan untuk mengadapi Yazid dan Syurahbil tidak disebutkan secara persis jumlah pasukan, yang jelas lebih banyak dari kaum muslimin.

Titik yang paling penting bagi Heraklius adalah titk selatan, Palestina. Dia ingin memutus jalur bantuan dari Madinah. Mereka ingin mendesak pasukan muslim agar masuk ke utara, dan terputus dari selatan. Ini adalah strategi dari Heraklius. Artinya, ketika perang Yarmuk berjalan sesuai rencana Heraklius maka kaum muslimin akan kalah.

Heraklius adalah ahli straegi yagn sangat luar biasa. Ketika umat Islam terprovokasi untuk langsung bertempur, maka secara logika mereka akan kalah.

Namun strategi itu dibaca dengan baik oleh Amru bin Ash. Dia kemudian memberikan masukan keempat komandan perang agar tidak terpancing untuk berhadapa-hadapan. Usulan itu disetujui, dan akhirnya mereka menyatukan pasukan. Setelah keempat pasukan bergabung menjadi satu kesatuan, mereka kemudian mengirim surat ke Abu Bakar Ash-Shiddiq memberitahukan kondisi lapangan. Dia juga meminta agar Abu Bakar mengirim bantuan dari Madinah, untuk mengamankan jalur selatan.

Saat menerima surat dari Syam tentang kondisi lapangan saat itu. Dia langsung mengirim surat kepada Khalid bin Walid di Irak. Abu Bakar perintahkan Khalid membagi dua pasukannya. Setengah ditinggal di Irak dan setengah lagi berangkat ke Syam. Pasukan Irak, Khalid serahkan kepada al-Mutsanna bin Haritsah. Kemudian ia bersama pasukan lainnya berangkat menuju Yarmuk menambah materi pasukan kaum muslimin di sana.

Pasukan Khalid bin Walid Bertolak ke Syam

Setelah mendapat perintah dari Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Khalid bin Walid langsung menyiapkan pasukan. Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Khalid bin Walid kala itu membawa panglima pilihan seperti Al-Qa’qa’ bin Amr at-Tamimi, Dharar bin Al-Khattab, Dharar bin Al-Azwar, Ashim bin Amr, dan lain-lain. Disebutkan juga bahwa pasukan yang berangkat ke Syam bersama Khalid bin Walid sebanyak 10.000 pasukan.

Perjalanan menuju Yarmuk bukan pekara mudah. Kala itu, Khalid dihadapkan dengan dua jalur berbeda. Pertama, Jalur yang biasa dilalui dari Irak menuju Syam, namun sepanjang perjalanan terdapat kabilah yang loyal kepada Romawi. Ada pula jalur luar yang mudah, namun membutuhkan waktu yang sangat lama, sementara pasukan kaum muslimin memerlukan bantuan secepat mungkin.

Ada satu jalur ekstrem, yakni melewati gurun Sahara Samawa. Tidak ada orang yang berani melewati jalur tersebut, namun jika keuntungannya tidak memakan waktu lama. Khalid pun memilih jalur tersebut. Jalur itu merupakan melewati gurun-gurun yang bergelombang dan memiliki sumber air yang langka sehingga pergerakan pasukan tidak mencolok.

Khalid mendiskusikan bagaimana solusi kebutuhan air pasukan dengan penunjuk jalannya, Rafi’ bin Amirah. Rafi’ menyarankan agar semua pasukan membawa air sekemampuan mereka masing-masing. Sedangkan kuda-kuda mereka disiapkan sumber air sendiri. Mereka membawa 20 onta yang besar. Onta-onta meminum air yang banyak. Kemudian pada saatnya nanti mereka disembelih dan dimanfaatkan simpanan air di tubuh mereka untuk kuda-kuda yang kehausan. Sedangkan dagingnya dimakan oleh pasukan.

Rute perjalanan pasukan Khalid adalah Qarqarah Suwa, Arch, Palmyra, al-Qaryatayn, Huwwarin, Marj Rahit, Bosra, dan tujuan terakhir Yarmuk. Mereka berjalan melewati padang pasir saat malam, pagi, dan menjelang siang. Karena di waktu-waktu tersebut cuacanya tidak panas. Selain menghemat energi, cara ini juga menjaga penggunaan air agar tidak boros.

Sumber: Youtube AQL Network Baitul Maqdis

Editor: Moe

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here