Spirit of Aqsa- Pasukan Israel melakukan pembantaian berdarah di sebuah sekolah yang menampung pengungsi di Beit Hanoun, wilayah utara Jalur Gaza. Pembantaian itu menyebabkan lebih dari 40 orang syahid.

Juru bicara pertahanan sipil, Mahmoud Basal, mengatakan jasad para syuhada di Sekolah Khalil Awida terbakar hingga hangus total, dengan beberapa ditemukan tanpa kepala atau tubuh terpotong-potong/

“Terdapat kebijakan sistematis Israel untuk menghabisi kawasan Beit Hanoun dan memaksa warganya pergi. Israel menggunakan ‘kobaran api besar’ untuk memusnahkan siapa pun yang berada di wilayah tersebut,” ujarnya Basal, dikutip Al Jazeera.

Serangan Brutal di Sekolah Pengungsi

Al Jazeera menayangkan rekaman eksklusif yang menunjukkan pasukan Israel membakar jasad warga Palestina di sekolah tersebut, yang sebelumnya menjadi tempat perlindungan bagi pengungsi.

Menurut laporan Anas Al-Sharif, koresponden Al Jazeera, sekolah itu dihujani serangan artileri berat, menyebabkan kebakaran besar yang meluluhlantakkan seluruh fasilitasnya.

Di bawah ancaman senjata, pengungsi dipaksa meninggalkan sekolah. Para pengungsi memberikan kesaksian memilukan tentang jasad-jasad yang berserakan di jalan selama perjalanan mereka menuju Kota Gaza.

Rekaman lain dari Al Jazeera menunjukkan pembantaian keji terhadap perempuan dan anak-anak dalam serangan udara intensif Israel beberapa hari sebelumnya, yang menghantam rumah-rumah warga Palestina di sekitar Sekolah Khalil Awida.

Pengusiran Paksa Berlanjut

Hamas mengutuk tindakan pendudukan Israel di Sekolah Khalil Awida sebagai “kelanjutan dari pembersihan etnis dan pengusiran paksa” yang telah berlangsung di wilayah utara Gaza selama lebih dari dua bulan.

Dalam pernyataan resminya, Hamas mengecam tindakan Israel yang menangkap semua pemuda pengungsi dan membawa mereka ke lokasi yang tidak diketahui, serta memaksa perempuan dan anak-anak meninggalkan tempat perlindungan di sekolah di bawah ancaman senjata setelah sebelumnya dianiaya.

Eskalasi Kekerasan dan Krisis Kemanusiaan

Pasukan pendudukan Israel sebelumnya mengumumkan dimulainya operasi militer baru di utara Gaza pada 6 Oktober 2023, dengan alasan “menghalangi Hamas memulihkan kekuatannya di kawasan itu.”

Serangan darat Israel di utara Gaza disertai dengan pengepungan ketat dan serangan udara berkelanjutan, yang menyebabkan kelaparan warga, serta menghalangi tim penyelamat, pertahanan sipil, dan pekerja kesehatan menjalankan tugas mereka.

Pada Minggu pagi, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa jumlah korban akibat agresi Israel telah meningkat menjadi 44.976 syuhada dan 106.759 korban luka sejak 7 Oktober 2023.

Kementerian juga mengingatkan bahwa masih terdapat “korban di bawah reruntuhan dan di jalan-jalan,” karena tim medis dan penyelamat tidak dapat menjangkau mereka.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here