Spirit of Aqsa, Palestina- Al-Qur’an sudah sempurna memberikan arahan dalam mendidik anak. Allah menceritakan keluarga Nabi Ibrahim jika memiliki anak laki-laki. Allah juga telah menceritakan kisah Maryam bila punya anak perempuan.
Ishaq dan Ismail tumbuh sebagai nabi. Keturunan mereka semuanya menjadi nabi dan rasul. Bahkan, Rasulullah SAW berasal dari keuturunan Nabi Ibrahim AS dari jalur Nabi Ismail AS. Kekuatan Ibrahim terletak pada doa dan selalu mendekatkan anak-anaknya dengan masjid.
Pendakwah tadabbbur Al-Qur’an, Ustadz Ahmad Israfil Mardhatillah, mengatakan, bisa saja orang mempertanyakan hal tersebut karena Ibrahim adalah seorang nabi dan rasul. Maka, Allah SWT menceritakan pula keluarga Imran. Keluarga Imran disebut secara spesial dalam Al-Qur’an sebagai teladan. Dia mengutip Surah Ali Imran ayat 33-34. Allah SWT berfirman:
۞ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰىٓ اٰدَمَ وَنُوْحًا وَّاٰلَ اِبْرٰهِيْمَ وَاٰلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعٰلَمِيْنَۙ ذُرِّيَّةً ۢ بَعْضُهَا مِنْۢ بَعْضٍۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌۚ
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (pada masa masing-masing), (sebagai) satu keturunan, sebagiannya adalah (keturunan) dari sebagian yang lain. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS Ali-Imran: 33-34)
Ustadz Israfil lalu memberikan tiga tips parenting yang merupakan pelajaran penting dari Keluarga Imran, di antaranya:
- Memperbanyak Doa kepada Allah SWT
Keluarga Imran adalah geng doa. Saat Maryam lahir, Imran sudah meninggal dunia. Dia lalu dididik oleh pamannya, Nabi Zakaria. Jadi, keluarga Imran tediri dari ayah yaitu Imran, ibu yakni Hanna, paman yakni Nabi Zakaria, dan sepupunya bernama Nabi Yahya.
“Di mana kerennya keluarga Imran? Kalau Ibrahim adalah nabi, Imran bukan nabi. Jadi, kita semua berpotensi meniru dan meneladani cerita keluarga Imran. Kita tidak bisa lagi bilang ‘Ibrahim kan nabi, punya istri shalihah”. Tapi kalau di sini, kita tidak bisa beralasan,” kata Ustadz Israfil dalam kajian Parenting Baitul Maqdis yang digelar Spirit of Aqsa (SoA) di AQL Islamic Center, Tebet, Jakarta Selatan, Ahad (16/7/2023).
Sebelum Maryam, istri Imran sudah punya niat yang baik dan mendoakan kebaikan untuknya. Hal tersebut termaktub dalam Surah Ali Imran ayat 35. Allah SWT berfirman:
اِذْ قَالَتِ امْرَاَتُ عِمْرَانَ رَبِّ اِنِّيْ نَذَرْتُ لَكَ مَا فِيْ بَطْنِيْ مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ ۚ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
“(Ingatlah), ketika istri Imran berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku bernazar kepada-Mu, apa (janin) yang dalam kandunganku (kelak) menjadi hamba yang mengabdi (kepada-Mu), maka terimalah (nazar itu) dariku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS Ali-Imran: 35)
Istri Imran saat mengandung sudah bernazar untuk menjadikan anaknya sebagai penjaga Baitul Maqdis. Belum lahir sudah ada proyek yakni proyek menjaga mengabdi Baitul Maqdis. Kata para ulama, ‘muharraran’ dalam ayat di atas adalah kisah seorang ibu yang ingin atau berniat anaknya mengabdi di Baitul Maqdis atau berkhidmat di jalan Allah.
“Maka, salah satu pelajaran dari keluarga Imran adalah doa. Doa harus dibenahi. Nabi Ibrahim punya doa, empat ribu tahun lahir Nabi Muhammad SAW. kita? apa doa-doa kita? maka doa kita apa yang akan terjadi,” ujar Ustadz Israfil.
Keluarga Imran adalah keluarga yang tidak bosan pernah berdoa. Allah SWT berfirman:
قَالَ رَبِّ اِنِّيْ وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّيْ وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَّلَمْ اَكُنْۢ بِدُعَاۤىِٕكَ رَبِّ شَقِيًّا
Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku.” (QS Maryam: 4)
Nabi Zakaria tidak pernah menyerah dan kecewa berdoa kepada Allah. Ibunya Maryam juga ahli doa. Bahkan, keponakan Imran, Nabi Yahya atau anak Nabi Zakaria, juga ahli doa. Semua itu terinspirasi sesudah melihat Maryam suka berdoa dan doanya dikabulkan oleh Allah.
“Maka dalam hal ini, keluarga Imran dalam hal doa maka mereka adalah nomor satunya, karena mereka yakin terhadap Allah SWT,” ujarnya Ustadz Israfil.
- Mihrab Jadi Lazim bagi Keluarga Imran
Keluarga Imran merupakan keluarga yang sangat dekat dengan masjid. Ibunya Maryam sangat suka berada di tempat shalat. Maryam juga demikian. Itu bisa terlihat dalam Surah Ali Imran ayat 43.
يٰمَرْيَمُ اقْنُتِيْ لِرَبِّكِ وَاسْجُدِيْ وَارْكَعِيْ مَعَ الرَّاكِعِيْنَ
“Wahai Maryam! Taatilah Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” (QS Ali Imran: 43)
Hal tersebut bisa menjadi contoh bagi setiap orang tua yang memiliki anak perempuan. Sebelum lahir doakan kebaikan. Saat lahir didik untuk mendirikan shalat dan dekat dengan masjid. Saat dewasa pun demikian.
Ustadz Israfil mencontohkan jika orang tua harus melepas anak perempuan kuliah di luar kota. Solusinya cukup muda. Orang tua bisa mencarikan anak perempunya kosan di dekat masjid. Mau tidak mau dia akan selalu mdengar azan.
“Ibrahim mendidik anak dekat di masjid. Maryam juga sama, dia dididik di masjid. Maryam saat hendak menyendiri. Berarti nyambung, Keluarga Ibrahim di masjid, keluarga Imran di mihrab. Keluarga Ibrahim ahli doa, keluarga Imran juga ahli doa. Bedanya satu anak cowok, makanya satu anak cewek,” ungkap Ustadz Israfil.
- Anak Kufur Ciderai Keluarga
Ustadz Israfil menuturkan, satu anak yang durhaka kepada Allah SWt bisa meruntuhkan peluang masuk surga sekeluarga. Contohnya sangat jelas dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰىٓ اٰدَمَ وَنُوْحًا وَّاٰلَ اِبْرٰهِيْمَ وَاٰلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعٰلَمِيْنَۙ
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (pada masa masing-masing),” (QS Ali Imran: 33)
Keluarga Nuh kepada tidak disebut karena anaknya dicoret dari KK. Nuh punya anak banyak, tapi gara-gara satu anak durhaka, maka Allah tidak menjadikan keluarga Nuh sebagai contoh. Nabi Adam AS juga demikian. Kisah Habil dan Qanil jadi bukti.
Ustadz Israfil memberikan tips dalam mendidik anak. Orang tua harus bekerja keras dalam mendidik anak pertama. Anak pertama adalah model yang harus dididik. Kalau anak pertama berhasil terdidik dengan baik dan tumbuh sebagai anak shalih, maka adik-adiknya akan mencontoh.
“Jadi, orang tua harus punya ilmu sebelum menikah, begitu punya anak langsung bisa menerapkan kepada anak-anak. Didiklah anak pertama, karena adiknya pasti ikut kakaknya. Jangan anak pertama baru coba-coba, akhirnya anak kedua ikut kakaknya. Kalau kakaknya sudah pegang HP, semua adiknya kerumunan. Tapi, berhasilnya anak pertama, Alhamdulillah,” ungkap Ustadz Israfil.