Spirit of Aqsa, Palestina – Para pejuang Palestina melancarkan tembakan ke arah para pasukan Israel yang menyerbu kota Qabathia, Jenin selatan pada Selasa (13/1), waktu setempat.
Melansir Palinfo, tentara Israel mulanya menyerbu kota Qabathia, Jenin selatan. Mereka menangkan 3 orang pemuda, yaitu dua bersaudara Amir dan Mohammad Amir Zakarinah, serta Mohammad Mahmud Abu Rub.
Menyaksikan itu, sejumlah pejuang Palestina melancarkan tembakan ke arah patroli Israel yang menyerbu kota. Serbuan memicu bentrokan dengan para pemuda Palestina, yang melempari pasukan Israel dengan batu dan Molotov, yang dibalas dengan tembakan peluru tajam dan gas air mata.
Disebutkan bahwa bentrokan antara pasukan Israel dan para pemuda Palestina di kota Qabathia berlangsung selama dua hari berturut-turut.
Beberapa waktu belakangan, para pejuang Palestina melancarkan serangan terhadap pasukan Israel saat menyerbu kota Qabathia, di samping bentrokan dengan para pemuda Palestina, yang melempari batu dan Molotov terhadap patroli Israel.
Para pejuang perlawanan meningkatkan aksi penembakan terhadap patroli Israel, pasca aksi kepahlawanan yang dilancarkan Mahmud Umar Kamil pada akhir Desember lalu.
Mahmur Umar Shadiq Kamil gugur syahid pasca aksi kepahlawanan tersebut, sehingga namanya tercatat sebagai pahlawan pembela Al-Aqsha dari Qabathia.
Di antara hal yang membedakan kota Qabathia dengan wilayah lainnya di Tepi Barat, adalah tidak terdampak proyek permukiman zionis dan penyitaan lahan, namun terus menjadi garda depan dalam pertempuran, dan keistimewaannya adanya slogan kami satu bangsa, satu umat dan bersatu di medan tempur.
Di samping itu, Qabathia terkenal dengan para pejuangnya yang terlibat di semua fase perlawanan sejak revolusi tahun 1936, bahkan mereka memiliki tanda khusus di setiap fasenya.
Salah satu contohnya adalah Mohammad Abu Jaab, salah satu tokoh Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, dan pendiri kelompok “Telapak Hitam” yang bertugas menculik para pimpinan penjajah Inggris.
Qabathia tetap gigih dalam pertempuran tahun 1948 dan 1967, para pejuangnya banyak berperan dalam melawan penjajah di samping tentara Iraq, dan mengaktifkan barisan pejuang berani mati pasca kekalahan perang tahun 1967.
Kota Qabathia menjadi benteng pertahanan yang kuat dalam melawan penjajah saat Intifadah pertama dan kedua, serta Intifadah Al-Quds.