Oleh: Ustaz Umar Makka, Lc (Sekjen SoA)

Keberhasilan Khalifah Umar bin Khattab menaklukkan Baitul Maqdis adalah buah dari perjuangan Rasulullah Saw. termaktub dalam buku sejarah, Rasulullah membawa dua misi besar setelah hijrah ke Madinah, yakni menaklukkan Kota Makkah dan menaklukkan Baitul Maqdis.

Setelah berhasil menaklukkan Kota Makkah pada akhir tahun keenam hijrah, Rasulullah fokus menyiapkan strategi untuk membebaskan Baitul Maqduis. Langkah pertama yang dilakukan oleh Nabi Muhammad adalah menulis surat kepada raja-raja untuk mengajak mereka memeluk Islam. Pengiriman utusan itu dilakukan setelah beliau pulang dari Hudaibiyah.

Namun ternyata, upaya diplomasi yang dilakukan oleh Rasulullah itu tidak serta-merta membuat para penguasa tunduk begitu saja. Misalnya Raja Persia yang merobek surat beliau. Kendati begitu, ada pula raja yang menghormati utusan tersebut, seperti Kaisar Romawi.

Rasulullah menilai strategi menyurati para penguasa itu tidak cukup, maka itu beliau membuat strategi lain, yakni mengirim pasukan perang. Masyarakat menganggap perang Mu’tah adalah peperangan pertama yang bertujuan membebaskan Baitul Maqdis. Jauh sebelum perang tersebut, tidak lama berselang dari perang Khandak, ternyata Rasulullah sudah melakukan pergerakan menuju ke utara Kota Madinah, yakni ke utara baitul Maqdis, atau tepatnya menuju Syam.

Pada tahun kelima hijiriah, Rasulullah Saw. keluar memimpin seribu pasukan menuju ke Dumat Al-Jandal. Dumatul Jandal dahulu bernama Adumatu yang menurut catatan bangsa Syiria sejak 845 sebelum masehi (SM) dikenal sebagai ibu kota kerajaan Arab. Menurut teks tersebut Sennacherib menduduki Adumatu pada 688 SM.

Pada masa Rasulullah, negeri tersebut secara administratif dan teritorial masih berada di bawah kekuasaan pemerintah Syam serta di bawah kekuasaan Imperium Romawi dan penduduknya berafiliasi kepada kabilah-kabilah Arab al-Ghassaasinah.

Secara geografis, Dumatul Jandal merupakan suatu daerah yang terletak di kawasan padang pasir Syam di dekat Damaskus dan di ujung utara Hijaz. Jaraknya dengan Damaskus sekitar lima hari perjalanan, sementara dengan Madinah al-Munawwarah sekitar lima belas atau enam belas hari perjalanan.

Dumatul Jandal mendapat perhatian serius dari Nabi Muhammad karena ia merupakan salah satu pintu terpenting dari Syam ke Jazirah Arab. Selain itu, daerah itu juga masuk ke arah utara menuju Baitul Maqdis. Keseriusan Rasulullah dalam misi tersebut tampak pada keputusan beliau memimpin langsung 1000 pasukan ke daerah tersebut. Di mana hal itu tidak terjadi pada perang Mu’tah, Rasulullah hanya mengutus tiga pemimpin perang.

Dalam peristiwa itu, Romawi mengirim pasukan ke Dumatul Jandal. Ini karena Romawi merupakan ahli kitab yang mengetahui bahwa akan ada nabi terakhir yang menaklukkan kekuasaan mereka. Sehingga, pada saat itu ia mengirim pasukan untuk melihat seberapa kuat pasukan kaum muslimin.

Namun ketika pasukan kaum muslimin tiba di lokasi, ternyata pasukan Romawi dan loyalis mereka sudah kocar-kacir, sehingga tidak terjadi pertempuran fisik.

Peristiwa tersebut merupakan langkah kedua yang dilakukan oleh Rasulullah untuk membebaskan Baitul Maqdis setelah mengirim surat ke seluruh penguasa. Peristiwa itu juga merupakan kemenangan pertama Rasulullah menuju pembebasan Baitul Maqdis.

Perang Sariyah, Cara Rasulullah Kumpulkan Data Pembebasan Baitul Maqdis

Dalam khazanah Islam, jihad pada zaman Rasulullah Saw. dibagi menjadi dua arus utama. Pertama gazwah, yakni jihad yang dilakukan kaum Muslimin didampingi oleh Rasulullah secara langsung. Kedua, sariyyah yaitu jihad umat Islam dalam menegakkan kalimat Allah SWT tidak didampingi langsung oleh Rasulullah.

Dari akar katanya bisa ditarik kesimpulan jika secara pengertian gazwah selalu melibatkan perlawanan fisik sehingga ada pihak yang menang dan kalah. Sementara sariyyah secara bahasa berasal dari kata sara-yasri-suran, saryah, sirayah, dan sarayanan yang bermakna berjalan di waktu malam. Kata sariyyah semakna dengan sara yang bermakna tentara.

Sariyyah secara pengertian bermakna kegiatan memata-matai yang dilakukan sekelompok tentara pada waktu tertentu untuk memantau kegiatan musuh. Kegiatan ini bisa berakhir dengan perlawanan fisik antara dua kelompok sehingga ada yang menang dan kalah.

Dua jenis jihad pernah dilakukan oleh Rasulullah untuk membuka jalan pembebasan Baitul Maqdis. Misalnya pada tahun kelima hijiriah, Rasulullah Saw. keluar memipin seribu pasukan menuju ke Dumatul Jandal. Itu merupakan langkah kedua menuju pembebasan Baitul Maqdis setelah mengirim surat ke semua penguasa di dunia saat itu.

Kemudian pada tahun keenam Hijriah, Rasulullah mengirim 13 sariyyah untuk mengumpulkan data kekuatan musuh di negeri Syam, termasuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi dalam upaya pembebasan Baitul Maqdis. Sariyah pertama yang diutus oleh Rasulullah disebut Sariyah Hisma, dan itu di bawah pimpinan Zaid Ibnu Haritsah.

Kemudian pada tahun 8 hijriah, mulailah Rasulullah mengirim Sariyyah dengan passukan yang banyak. Artinya tidak hanya mengumpulkan data dan menguatkan kaum muslimin di daerah yang dituju. Pada tahun itu Rasulullah mengirim 3000 pasukan kaum muslimin menuju Mu’tah.

Hal itu menjadi bukti bahwa Rasulullah telah membuka jalan menuju pembebasan Baitul Maqdis. Kalau Dumatul Jandal masih jauh dari Baitul Maqdis, tapi Mu’tah sudah sangat dekat. Itu artinya Rasulullah telah membukakan jalan kepada kaum muslimin untuk membebaskan Baitul Maqdis.

Sumber: Youtube AQL Network Baitul Maqdis

Editor: Moe

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here