Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mengeluarkan peringatan keras bahwa sistem layanan kesehatan di Jalur Gaza berada di ambang kehancuran total. Krisis ini terjadi dalam konteks genosida sistematis yang terus dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina selama lebih dari satu setengah tahun terakhir.

Dalam pernyataan resminya pada Ahad (8/6), Palang Merah menyebut bahwa sebagian besar korban luka dalam insiden terbaru di Gaza adalah warga sipil Palestina yang mencoba mencapai titik distribusi bantuan yang dikelola oleh mekanisme Amerika Serikat–Israel.

ICRC juga mengungkapkan bahwa beberapa hari terakhir menunjukkan peningkatan drastis dalam kekerasan bersenjata di sekitar rumah sakit-rumah sakit yang tersisa dan masih beroperasi di Gaza. Mereka mendesak semua pihak untuk melindungi fasilitas medis yang masih bertahan demi mencegah jatuhnya lebih banyak korban jiwa.

Palang Merah menyoroti kondisi para tenaga medis yang bekerja dalam tekanan luar biasa—harus menyelamatkan nyawa dalam kondisi tembakan membabi buta yang terus mengancam keselamatan mereka dan pasien. Situasi ini bukan hanya mengancam keberlangsungan layanan medis di rumah sakit lapangan, tetapi juga mempercepat kehancuran total sistem kesehatan yang tersisa.

“Lonjakan jumlah pasien yang datang—banyak di antaranya membutuhkan penanganan darurat segera—telah membuat tim medis kelelahan dan nyaris kolaps,” tegas Palang Merah.

Dalam dua pekan terakhir, rumah sakit lapangan Palang Merah di Kota Rafah, Gaza selatan, telah 12 kali mengaktifkan kode darurat massal karena menerima korban luka dalam jumlah besar, sebagian besar akibat tembakan dan ledakan.

Selama periode itu saja, rumah sakit menangani lebih dari 916 pasien, termasuk 41 korban yang syahid sesaat setelah tiba.

Direktur rumah sakit lapangan, Gracie Osomo, mengungkapkan bahwa mereka kini terpaksa menempatkan pasien di mana pun ruang tersedia—termasuk di atas tandu yang dibaringkan langsung di lantai.

Tragedi “Perangkap Bantuan”: 125 Syahid, Ratusan Luka

Beberapa jam sebelum pernyataan Palang Merah dirilis, Kantor Media Pemerintah Gaza juga merilis data terbaru mengenai korban akibat “perangkap bantuan” yang didistribusikan oleh Israel dan AS di luar pengawasan PBB dan lembaga-lembaga kemanusiaan resmi.

Sejak 27 Mei lalu, tercatat 125 warga Palestina syahid, 736 luka-luka, dan 9 lainnya masih hilang dalam insiden di sekitar titik distribusi bantuan yang mereka sebut “zona aman”.

Hanya pada Ahad kemarin saja, 13 warga syahid dan 153 lainnya terluka dalam dua serangan terpisah.

Skema distribusi bantuan ini dilaksanakan oleh entitas bernama “Gaza Relief Organization” yang didanai dan dikendalikan oleh Israel dan Amerika Serikat. Organisasi ini tidak diakui oleh PBB dan dianggap tidak sah oleh banyak lembaga kemanusiaan internasional.

Distribusi dilakukan di wilayah “zona penyangga” di Gaza tengah dan selatan. Namun, mekanisme ini terbukti tidak manusiawi dan gagal memenuhi kebutuhan mendesak rakyat yang kelaparan. Bantuan kerap dihentikan mendadak karena ribuan orang kelaparan menyerbu lokasi, dan militer Israel merespons dengan menembaki kerumunan warga sipil.

Bukan hanya sedikit, bantuan yang dibagikan pun minim dan jauh dari memadai untuk mencukupi kebutuhan ratusan ribu orang yang menderita kelaparan akut.

Distribusi Bantuan Diibaratkan Kamp Konsentrasi

Yang lebih memilukan, sejumlah organisasi HAM dan PBB mengecam metode distribusi bantuan ini. Mereka menggambarkan mekanismenya sebagai “memalukan dan merendahkan martabat manusia”.

Para warga Gaza yang membutuhkan bantuan dipaksa berjalan di dalam lorong-lorong besi berlapis kawat berduri, menyerupai adegan kelam kamp konsentrasi ala Nazi di Eropa saat Perang Dunia II.

Bahkan radio militer Israel mengakui bahwa tujuan utama dari skema ini adalah mempercepat pengosongan Gaza Utara dengan memusatkan distribusi hanya di empat titik di Gaza Selatan, demi memaksa perpindahan paksa warga sipil secara sistematis.

Krisis ini bukan sekadar kemanusiaan. Ini adalah ujian nurani dunia internasional. Dan Gaza, sekali lagi, berdiri sendirian menahan luka yang tak kunjung sembuh.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here