Spirit of Aqsa- Pakar militer, Mayor Jenderal Wasif Ariqat, menggambarkan pertempuran antara pejuang Palestina dan tentara Israel di Gaza sebagai pertempuran sengit. Dia menyatakan, mengalahkan pejuang Gaza atau melenyapkan perlawanan adalah hanya angan-angan atau fiksi belaka.

“Puing-puing bangunan yang dihancurkan oleh ribuan ton bom Israel, yang seharusnya menguntungkan tentara Israel, kini justru menjadi perangkap mematikan karena pejuang Palestina mampu muncul dari balik reruntuhan,” ujar Ariqat dalam wawancanya di Al Jazeera, Selasa (12/11/2024).

Ariqat meyakini bahwa perlawanan di Gaza “bukanlah perang antar tentara, tetapi aksinya sebanding dengan tindakan militer, mampu menyakiti pendudukan Israel, menimbulkan kerugian di pihaknya, serta memaksanya terus berada dalam posisi defensif, yang menjauhkan mereka dari pencapaian tujuan.”

Pada hari Minggu, Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, mengumumkan bahwa pejuangnya berhasil menewaskan 15 tentara Israel dari jarak dekat di wilayah utara Beit Lahiya, Gaza utara. Operasi ini dilakukan setelah mereka menargetkan pasukan Israel dengan granat anti-personel *RPG*, dilanjutkan dengan senjata ringan dan granat tangan.

Al-Qassam juga melaporkan bahwa mereka berhasil melumpuhkan pasukan Israel dengan korban tewas dan luka di wilayah Al-Birka, barat Beit Lahiya, dan menargetkan dua kendaraan lapis baja dengan peluru “Yassin 105” dan “Tandem,” serta menghancurkan buldoser militer dengan alat peledak “Ra’adiyah” di Kamp Jabaliya, Gaza utara.

Ariqat menambahkan bahwa tentara Israel “tidak hanya tewas secara fisik, tetapi juga dalam semangat dan kemampuan tempur mereka.” Ia menyebut, “Mereka memiliki semua alat untuk membunuh, tetapi mereka justru terbunuh.”

Sebaliknya, pejuang Palestina hidup dalam kondisi yang sangat sulit, dengan keluarga dan kerabat yang terbunuh serta berada di bawah blokade, tetapi mereka tetap bertahan dan menyesuaikan diri dengan kondisi di lapangan untuk melawan alat perang Israel.

Ariqat menyebut keteguhan rakyat Palestina terhadap tanahnya sebagai “kekalahan besar bagi Israel,” meski tentara Israel berupaya memaksa warga meninggalkan wilayah utara Gaza di tengah pembantaian dan kejahatan perang.

Ia juga menyoroti bahwa pemblokiran dan pemisahan wilayah yang dilakukan oleh tentara Israel di Gaza utara adalah bagian dari “kebijakan sistematis,” tidak hanya di Gaza tetapi juga di Tepi Barat dan wilayah lainnya.

Komentar Ariqat ini menanggapi upaya tentara Israel untuk memisahkan wilayah Beit Lahiya, Beit Hanoun, dan Kamp Jabaliya, serta menciptakan jalur baru di Gaza utara yang sejajar dengan jalur Netzarim.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here