Krisis kemanusiaan Gaza kian parah karena cuaca ekstrem. Kementerian Kesehatan Gaza mengumumkan seorang bayi berusia dua minggu, Muhammad Khalil Abu Al-Khair, meninggal akibat hipotermia. Bayi itu sempat dirawat di ICU sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada Senin (16/12).
Selain itu, rumah-rumah runtuh di Jalan Al-Shifa, barat Kota Gaza, menyebabkan seorang warga syahid dan melukai lainnya. Kementerian Pemerintah Gaza menyebut 15 warga, termasuk tujuh anak, syahid akibat runtuhnya setidaknya 14 rumah yang terdampak hujan deras dan dingin ekstrem.
Hujan juga merendam tenda-tenda pengungsian, pusat penampungan, dan bangunan darurat lainnya. Dua tahun perang genosida Israel telah merusak sebagian besar infrastruktur, sehingga hujan baru menambah penderitaan. Beberapa warga terpaksa mendorong mobil melalui jalan yang tergenang, sementara lainnya menggunakan kereta yang ditarik keledai untuk melewati banjir.
Kebutuhan Mendesak
Pemerintah Gaza menyatakan kebutuhan mendesak lebih dari 300 ribu tenda, rumah siap pakai, dan material bangunan untuk memperbaiki kerusakan akibat serangan. Data resmi menunjukkan 27 ribu tenda hanyut atau rusak total dalam hujan terakhir, sementara 26 ribu tenda lainnya mengalami kerusakan parah.
PBB memperingatkan sekitar 1,3 juta warga Gaza membutuhkan bantuan tempat tinggal, dengan risiko tinggi hipotermia, terutama pada bayi dan anak-anak. Sekitar 92 persen bangunan tempat tinggal rusak atau hancur, sehingga kebutuhan mendesak jauh melampaui kapasitas bantuan saat ini.
Filippo Grandi, Komisaris Tinggi UNRWA, menegaskan, “Orang-orang di Gaza membeku sampai mati.”
(Sumber: Al Jazeera)










