Spirit of Aqsa- Mogok perdagangan total di Jenin terus berlanjut sebagai bentuk protes terhadap operasi militer yang dilakukan aparat keamanan Otoritas Palestina terhadap para pejuang di kamp pengungsi Jenin. Sementara itu, tentara Israel menangkap 12 warga Palestina dalam penggerebekan di berbagai wilayah Tepi Barat.
Sumber-sumber Palestina melaporkan bahwa mogok perdagangan di Jenin telah memasuki hari keempat berturut-turut menyusul bentrokan antara pasukan keamanan Palestina dan pejuang di kamp tersebut. Rekaman yang beredar di berbagai platform pada Selasa ini menunjukkan suasana mogok yang masih berlangsung di Jenin.
Selain itu, sebuah demonstrasi terjadi di Tulkarm sebagai dukungan terhadap perlawanan Palestina, Brigade Jenin, dan seruan untuk menghentikan operasi keamanan yang dilakukan Otoritas Palestina terhadap para pejuang di kamp Jenin.
Faksi-faksi Palestina mengecam operasi yang disebut Otoritas Palestina sebagai “Perlindungan Tanah Air,” yang mengakibatkan kematian Yazid Ja’aysa, seorang buronan Israel sekaligus pemimpin di Brigade Jenin yang berafiliasi dengan Saraya Al-Quds, sayap militer Jihad Islam.
Juru bicara pasukan keamanan Palestina, Brigadir Jenderal Anwar Rajab, sebelumnya menyatakan kepada Al-Jazeera bahwa apa yang terjadi di Jenin adalah “kampanye keamanan yang menargetkan pelaku kriminal.”
Namun, tokoh Hamas, Mahmoud Al-Mardawi, menyebut narasi yang disampaikan aparat keamanan Palestina sebagai “bunuh diri politik,” seraya menegaskan bahwa tindakan tersebut melanggar hukum dan tidak sejalan dengan prinsip perlawanan Palestina.
Pada Sabtu lalu, sumber-sumber Al-Jazeera melaporkan bahwa aparat keamanan Palestina membunuh salah satu pemimpin Brigade Jenin dalam bentrokan bersenjata di sekitar kamp, di tengah blokade ketat yang diberlakukan sejak beberapa hari terakhir.
Operasi Israel
Tentara Israel menangkap 12 warga Palestina, termasuk dua anak, seorang mahasiswi, dan mantan tahanan, dalam penggerebekan yang dilakukan di berbagai wilayah Tepi Barat sejak Senin malam hingga Selasa pagi.
Dalam pernyataan bersama yang dirilis Selasa ini, Komisi Urusan Tahanan dan Klub Tahanan Palestina menyebut bahwa penangkapan tersebut terjadi di Bethlehem, Hebron (selatan), Nablus (utara), serta Ramallah dan Yerusalem (tengah).
Selama operasi penangkapan, aparat Israel juga melakukan penganiayaan dan ancaman terhadap para tahanan serta keluarga mereka, selain merusak dan menghancurkan rumah-rumah warga, menurut pernyataan tersebut.
Kedua lembaga itu juga melaporkan bahwa sejak awal perang genosida yang terus berlangsung, lebih dari 12.100 warga Palestina di Tepi Barat, termasuk Yerusalem, telah ditangkap, sementara jumlah tahanan dari Gaza diperkirakan mencapai ribuan.
Penggerebekan tentara Israel pada Senin malam dan Selasa pagi berlanjut di sejumlah wilayah di Tepi Barat, termasuk Qalqilya dan Nablus. Sumber Palestina juga melaporkan bahwa pemukim Israel menyerang dan merusak kendaraan milik warga Palestina di pintu masuk Desa Mazra’a Al-Qibliya, barat laut Ramallah.
Seiring dengan perang Israel yang terus berlangsung di Gaza sejak 7 Oktober 2023, tentara Israel dan pemukim memperluas serangan mereka di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur. Serangan tersebut telah menyebabkan gugurnya 813 warga Palestina dan melukai sekitar 6.450 orang.
Sumber: Media Sosial, Anadolu Agency