Spirit of Aqsa– Ahli militer dan strategi, Kolonel Hatem Kareem Al-Falahi, memprediksi adanya pembangkangan terhadap perintah di kalangan angkatan darat Israel akibat “mental terganggu dan motivasi bertempur menurun”.
“Angkatan darat Israel berada dalam situasi yang sangat sulit, karena terus menerima serangan dari faksi-faksi perlawanan Palestina di berbagai wilayah Gaza dan menghadapi jebakan yang dipasang oleh para pejuang perlawanan,” kata Kolonel Al-Falahi, dikutip Aljazeera, Kamis (30/5/2024).
Dalam analisisnya mengenai situasi militer di Gaza, Al-Falahi menilai meskipun dengan keterbatasan dan blokade dari darat, laut, dan udara, pejuang perlawanan Palestina mampu melaksanakan operasi-operasi yang sangat terencana dan presisi.
Angkatan darat Israel mengakui tewasnya tiga tentara dalam pertempuran di Gaza. Laporan penyiaran Israel menyebut ketiga tentara dari Batalion Nahal tersebut tewas akibat ledakan bom di sebuah bangunan di Rafah, selatan Gaza.
Di sisi lain, Brigade Al-Qassam mengumumkan telah melaksanakan operasi-operasi khusus, termasuk meledakkan bom yang menargetkan 15 tentara Israel. Itu menyebabkan tentara tewas dan terluka di lingkungan Tanur, timur Rafah.
“Karena kerugian yang dialami, angkatan darat Israel menarik brigade, seperti yang terjadi hari ini dengan Brigade Paratrooper di Jabalia, utara Gaza,” ujar Kolonel Al-Falahi.
Pada awal operasi militer, angkatan darat Israel telah memensiunkan lima brigade karena tekanan ekonomi, yaitu Brigade 14, Brigade 261, Brigade 460 yang kini bertempur di Jabalia, Brigade 551, dan Brigade 828 yang memasuki Rafah kemarin.
“Ketika angkatan darat Israel memanggil kembali brigade yang sebelumnya dipensiunkan untuk bertempur, ini menunjukkan situasi yang sangat genting. Ia mencatat bahwa jika pertempuran di Gaza terus berlanjut seperti saat ini, angkatan darat Israel akan menghadapi kekalahan besar yang berdampak strategis,” ujar Kolonel Al-Falahi.
Penggunaan “Protokol Hannibal” oleh Israel, yang melibatkan pembunuhan seorang tentara untuk mencegahnya ditangkap oleh perlawanan, menunjukkan masalah serius dalam kemampuan dan kapasitas angkatan darat Israel untuk melanjutkan perang.
Dengan kerugian dan kekacauan yang dihadapi angkatan darat Israel dalam hal perencanaan, penggunaan pasukan, dan tujuan strategis, Al-Falahi memperkirakan bahwa faksi-faksi perlawanan akan meningkatkan tuntutan negosiasi terkait pertukaran tahanan.
“Terutama mengingat bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya mengancam akan memasuki Rafah, tetapi sekarang pasukannya justru menerima serangan dan kerugian akibat operasi-operasi khusus yang dilakukan oleh perlawanan,” ujar Kolonel Al-Falahi.