Spirit of Aqsa | Sejak kedatangan kaum zionis pertama di Palestina, ratusan peristiwa pembantaian telah dilakukan terhadap warga sipil Palestina. Ini membuat ‘israel’ bersinonim dengan kematian dan kehancuran. Salah satu pembantaian terkeji gerombolan zionis ‘israel’ terhadap rakyat Palestina adalah peristiwa Deir Yassin.

Hari itu rakyat sipil Palestina yang tak bersenjata disiksa sebelum dibantai lalu tubuh mereka dimutilasi. Kaum perempuan dan anak-anak diperkosa, bayi-bayi serta wanita hamil dibantai.

Deir Yassin adalah desa Palestina yang terletak di pinggiran kota Al-Quds. Desa ini dikelilingi oleh enam koloni zionis yahudi. Koloni-koloni zionis menutup semua akses utama yang menghubungkan Deir Yassin dengan kota Al-Quds sehingga membuat desa ini hampir diblokade secara penuh. Untuk melindungi desa dari serangan zionis, penduduk desa membentuk sebuah penjagaan lokal yang hanya memiliki bekal beberapa senapan tua dan amunisi yang tak seberapa.

Lantaran desa ini dikepung oleh koloni zionis, diblokade dan berulang kali diancam ‘israel’ dan karena para penduduk desa tidak memiliki banyak kekuatan untuk melindungi diri mereka, sebulan sebelum terjadi pembantaian, Deir Yassin menyetujui perjanjian non-agresi dengan zionis.

Namun pada 9 April 1948 dalam sebuah operasi bernama ‘Operation Unity’, tiga gerombolan teroris zionis, yaitu Irgun, Lehi (Stern) dan Haganah menyerang Deir Yassin dengan tujuan membunuh sebanyak mungkin rakyat Palestina dan memaksa penduduknya meninggalkan rumah dan tanah mereka.

Jum’at, 9 April 1948, pukul 04.30, saat para penduduk desa masih terlelap, gerombolan-gerombolan teroris zionis mengepung Deir Yassin. Para penduduk desa kemudian terbangun oleh sebuah perintah dari pengeras suara yang meminta mereka meninggalkan desa.

Beberapa warga keluar rumah untuk melihat situasi dan itulah saat pembantaian dimulai. Teroris Irgun menyerang desa dari sisi Tenggara, Stern menyerbu dari Timur sementara Haganah membombardir Deir Yassin dengan mortir.

Penjaga desa berusaha melindungi para penduduk dan menghentikan gerombolan-gerombolan zionis. Mereka bertarung dengan gagah berani namun senjata-senjata sederhana mereka tidak sanggup menghadapi tiga gerombolan teroris yang bersenjata lengkap.

Zionis biadab menembaki setiap penduduk desa yang mencoba melarikan diri. Mereka kemudian turun ke desa, pindah dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memperkosa para wanita, membunuhi anak-anak dan semua orang yang ada di dalam rumah dengan pistol dan pisau.

Seluruh keluarga dibariskan di dinding kemudian dibunuh. Wanita-wanita hamil dibunuh, tubuh anak-anak dimutilasi. Uang dan perhiasan diambil dari tubuh korban dan barang-barang lainnya dicuri sebelum rumah mereka dibakar. Dari 144 rumah di Deir Yassin, sekitar 15 rumah dihancurkan di depan para penghuninya oleh zionis.

Seorang interogator Inggris, Wakil Inspektur Jenderal Richard Catling mengungkapkan bahwa: “Rekaman kesaksian seringkali terganggu oleh sikap histeris para wanita saat pernyataan mereka tengah direkam. Namun, tak diragukan bahwa banyak kejahatan seksual yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dalam serangannya. Banyak anak sekolah diperkosa kemudian dibunuh. Wanita tua pun dianiaya. Tidak sedikit bayi yang dibunuh. Saya juga melihat seorang wanita tua yang kepalanya dipukuli beberapa kali dengan senapan. Gelang dan cincin diambil dari mereka dan beberapa telinga wanita diputus hanya untuk mengambil antingnya.”

Selama pembantaian, pria, wanita, anak-anak dan orangtua dibunuh dengan keji dan cara yang mengerikan. Ratusan orang terluka dalam serangan ini. Jumlah korban dalam serangan ini masih diperdebatkan. Kebanyakan sumber menyebut jumlah korban tewas mencapai 254 orang, termasuk 25 wanita hamil dan 52 orang anak.

Perwakilan PBB dan Palang merah yang berada di antara kelompok pertama yang masuk ke desa itu setelah peristiwa pembantaian, memperkirakan jumlah korban sebanyak 250 orang.

Sementara sumber lainnya menyebut angka 120 orang. Disebutkan juga bahwa jumlah korban tewas sengaja dibesar-besarkan oleh teroris zionis untuk menyebarkan ketakutan di antara rakyat Palestina dimana pun mereka berada. Pembersihan etnis merupakan salah satu tujuan pembantaian dan zionis ‘israel’ menjadikan pembantaian Deir Yassin ini untuk memaksa para penduduk dari desa Palestina yang lain meninggalkan tempat tinggal mereka.

Setelah pembantaian, gerombolan-gerombolan Yahudi zionis menyebarkan teror dari satu desa Palestina ke desa lainnya. Mereka meminta para penduduk untuk pergi atau akan bernasib sama seperti warga Deir Yassin.

Mereka memperingatkan warga melalui pengeras suara dengan bunyi seperti ini: “Jalan Jericho masih terbuka. Pergi dari Yerusalem sebelum kalian terbunuh seperti mereka yang tinggal di Deir Yassin.”

Seorang lelaki mencium jenazah seorang anak di Deir Yassin, sesudah pembantaian 9 April 1948. foto: arsip Occupied Palestine

Selama pengusiran penduduk Ramla dan Lydd pada Juli 1948, seorang warga asal Ramla, Sari Nair masih ingat bagaimana mereka diusir dari rumah mereka oleh serdadu zionis. “Mereka menyuruh kami pergi kalau tidak ingin bernasib seperti Deir Yassin,” ujarnya.

Selain pembantaian di rumah-rumah, sebanyak 25 pria Palestina diculik teroris zionis kemudian dimasukkan ke dalam truk dan diarak keliling Yerusalem, seperti sebuah penanda kemenangan.

Pada akhirnya tawanan ini pun dibunuh di dekat sebuah tambang kemudian dimakamkan di kuburan massal. Sejumlah saksi mata juga melaporkan, sekitar 150 orang wanita dan anak-anak yang selamat diarak telanjang di Yerusalem.

“Para perampok mengumpulkan wanita dan anak-anak yang masih hidup. Setelah melucuti pakaian mereka, mereka dimasukkan ke dalam kendaraan terbuka dan diarak dalam keadaan telanjang ke daerah-daerah Yahudi di Yerusalem. Mereka menjadi bahan cemoohan dan pelecehan orang-orang yang melihatnya. Banyak juga yang sengaja memotret mereka.”

Sementara 55 orang anak yang selamat dari pembantaian itu ditinggalkan di gerbang Mendelbaum. Enam orang dari anak-anak yatim piatu ini mengetuk pintu rumah warga Palestina bernama Hind Al-Husseini untuk mencari perlindungan.

Setelah mengetahui tentang pembantaian itu, Al-Husseini berusaha mencari anak-anak lainnya dan setelah menemukannya, ia memutuskan untuk merawat mereka semua. Hind Al-Husseini mendedikasikan seluruh hidupnya untuk anak-anak Deir Yassin dan anak Palestina lainnya.

Ketika berita pembantaian menyebar, Palang Merah Internasional meminta agar perwakilannya, Jaques Reynier bisa diizinkan masuk ke desa untuk menyelidiki peristiwa itu. Badan Yahudi yang mengklaim tidak terlibat dalam pembantaian itu dan secara terbuka ‘mengecam’ peristiwa itu, berusaha sekuat tenaga agar tidak ada investigasi atas peristiwa Deir Yassin, Badan ini juga sengaja menunda pemberian izin selama 24 jam agar teroris-teroris zionis bisa membersihkan semua jejak pembantaiannya.

Zionis ‘israel’ bahkan mencoba mengubah landmark desa sehingga perwakilan Palang Merah tidak bisa menemukan sumur desa yang mereka kunci. Tapi bukti pembantaian itu terlihat dimana-mana. Reyneir menemukannya. Ia menemukan mayat-mayat dan potongan tubuh yang dibantai teroris zionis.* ( Occupied Palestine | Sahabat al-Aqsha/MR )

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here