Spirit of Aqsa- Direktur Rumah Sakit Al-Awda di Gaza Utara, Mohammad Saleh, menyatakan, mereka bekerja dengan sumber daya yang sangat terbatas, hanya memiliki satu dokter bedah. Dia memperingatkan, bahan bakar habis, yang akan memperparah situasi kesehatan yang mengerikan.
“RS Al-Awda adalah satu-satunya rumah sakit saat ini di Gaza Utara yang memiliki seorang dokter bedah umum, di tengah meningkatnya jumlah pasien yang memerlukan operasi darurat pada otak, saraf, pembuluh darah, mata, dan tulang,” ujar Saleh, dikutip Al Jazeera, Ahad (3/10/2024).
“Lebih dari 70% pasien yang diterima rumah sakit ini memerlukan tindakan bedah segera,” tambahnya.
Saleh mengungkapkan keprihatinan yang mendalam atas kondisi fasilitas kesehatan di Gaza Utara yang kian memburuk, dengan kekurangan tenaga medis dan perlengkapan penting serta serangan langsung dari pasukan Israel terhadap rumah sakit.
**Tantangan Besar**
Saleh menyebut adanya tantangan besar dalam mengevakuasi korban dari lokasi serangan, di tengah penghancuran ambulans oleh tentara Israel dan lumpuhnya sistem pertahanan sipil di Gaza Utara.
Ia memperingatkan bahwa layanan penting di RS Al-Awda akan berhenti pada Minggu depan jika bahan bakar habis, di mana stok yang tersisa hanya cukup hingga hari setelahnya untuk mengoperasikan peralatan medis dasar.
Selain itu, Saleh mengatakan bahwa rumah sakit menghadapi kekurangan kritis pada unit darah golongan O dan B, yang mengancam nyawa banyak korban luka. Terdapat juga kekurangan besar dalam persediaan medis esensial, dengan tim medis bekerja menggunakan perlengkapan yang hampir habis.
Ia menambahkan bahwa rumah sakit harus menyediakan sekitar 200 porsi makanan setiap hari bagi pasien dan pendamping mereka, tetapi mengalami kesulitan besar dalam memenuhi kebutuhan makanan akibat blokade yang berkelanjutan.
Saleh mendesak adanya koridor aman untuk memindahkan pasien yang tidak dapat dirawat di rumah sakit Gaza Utara ke fasilitas di Gaza City. Ia juga meminta kemudahan masuknya tim medis yang diperlukan untuk menangani lonjakan jumlah korban, terutama karena kurangnya dokter spesialis.
Serangan Israel ke Jabalia dan area sekitarnya dimulai pada 5 Oktober 2023, dengan dalih “mencegah Hamas membangun kembali kekuatannya.” Namun, warga Palestina menyatakan bahwa tujuan Israel adalah menduduki kawasan itu dan mengusir penduduknya.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat telah melancarkan perang di Gaza, yang menyebabkan lebih dari 144 ribu korban jiwa dan luka di kalangan warga Palestina, sebagian besar anak-anak dan perempuan, serta lebih dari 10 ribu orang hilang. Serangan ini mengakibatkan kehancuran besar dan kelaparan yang merenggut nyawa puluhan anak-anak dan lansia, menjadikannya salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.
Sumber: Al Jazeera, Anadolu