Sejumlah media global menyoroti dengan tajam rencana Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, terhadap Jalur Gaza—yang digambarkan sebagai proyek perubahan geografis dan demografis secara brutal. Bersamaan dengan itu, muncul pula kejutan dari Washington yang memutuskan menghentikan serangan militernya ke Yaman.

Dalam laporan utama harian Le Monde Prancis, Netanyahu disebut tengah mengarah pada pendudukan permanen atas Gaza. Ia dituding berupaya melakukan perubahan geografis dan demografis yang kejam, meskipun Israel sendiri gagal menghancurkan Hamas atau memaksa pembebasan para tawanan, bahkan setelah menyebabkan pembantaian luas akibat perang.

Le Monde juga menilai tekanan internasional tak akan mampu membelokkan ambisi pemerintahan Netanyahu yang semakin arogan. Israel tetap mencaplok wilayah Lebanon, meningkatkan serangan di Suriah, dan bahkan secara terbuka mengincar konfrontasi dengan Iran.

Senada dengan itu, artikel The Guardian Inggris menyebut bahwa Netanyahu kini bertekad mengubah Gaza menjadi wilayah yang tidak layak huni. Perluasan agresi militer ini, kata mereka, mencerminkan betapa ekstremisme telah menjadi arah utama kebijakan Tel Aviv.

Artikel itu juga menyoroti kontradiksi klaim Israel yang menyatakan bahwa serangan dilakukan demi membebaskan tawanan, padahal kenyataannya justru memperbesar risiko bagi mereka.

Kebijakan AS di Yaman Kejutkan Israel

Sementara itu, media Israel The Jerusalem Post mengungkap keterkejutan Tel Aviv setelah Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan penghentian serangan terhadap kelompok Ansharullah (Houthi) di Yaman.

Israel dikabarkan tidak diberi informasi terlebih dahulu tentang kesepakatan yang disebut-sebut mulai terjalin antara Washington dan kelompok Yaman tersebut.

Di sisi lain, laporan The New York Times menyoroti serangan Israel ke Bandara Internasional Sana’a di Yaman—salah satu jalur vital terakhir bagi lebih dari 20 juta warga Yaman yang tengah terisolasi dari dunia luar.

Bandara itu selama ini menjadi tumpuan rakyat Yaman untuk akses medis, pekerjaan, serta menghubungkan keluarga yang terpisah akibat konflik.

NYT juga menegaskan bahwa serangan ini terjadi di tengah krisis kemanusiaan akut yang menjadikan Yaman salah satu negeri paling menderita di dunia saat ini.

Israel Represif terhadap Organisasi Kemanusiaan dan Media

The Washington Post turut mengangkat apa yang disebut sebagai “kampanye represi” Israel terhadap organisasi bantuan dan lembaga HAM yang bekerja di Palestina.

Setelah memperketat aturan visa dan registrasi, Israel kini tengah menyiapkan rancangan undang-undang baru untuk membatasi pendanaan asing bagi organisasi yang memantau pelanggaran HAM di wilayah pendudukan.

Sementara itu, Haaretz—media berpengaruh di Israel—menerbitkan opini dari para anggota Dewan Asosiasi Pers Asing di wilayah Israel dan Palestina.

Mereka menuntut agar pemerintah Israel mencabut blokade media yang diberlakukan di Gaza.

Dalam artikel tersebut tertulis: “Jika pemerintah terus bungkam, kami mendesak Mahkamah Agung Israel untuk segera menyetujui permohonan kami saat sidang digelar bulan ini.

Larangan ini telah merusak peliputan atas konflik berdampak global dan membebani—bahkan membahayakan—nyawa para jurnalis Palestina di Gaza.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here