Spirit of Aqsa- Media Israel melaporkan bahwa tentara Israel mengalami kerugian baru selama operasi militer di Jalur Gaza, di tengah meningkatnya kritik internal terhadap kelanjutan perang dan ketidakmampuan mencapai tujuan yang telah diumumkan.

Reporter urusan militer di Channel 13 Israel, Or Heller, melaporkan tewasnya tiga tentara Israel di Beit Hanoun, Gaza utara, akibat ledakan ranjau yang dipasang oleh Hamas pada tank Merkava.

Heller menyebutkan bahwa insiden ini meningkatkan jumlah tentara tewas di pihak militer Israel di Beit Hanoun menjadi enam orang dalam satu pekan.

Dalam analisis situasi, Amnon Abramovich, analis urusan politik di Channel 12, mengungkapkan bahwa bulan lalu saja 16 tentara Israel tewas, belum termasuk yang mengalami luka serius.

Abramovich menggambarkan operasi militer ini sebagai “perburuan bayangan,” seraya menekankan kesulitan untuk sepenuhnya menghilangkan keberadaan Hamas.

Kegagalan Perang

Mantan Kepala Staf Israel, Gadi Eisenkot, melontarkan kritik tajam terhadap pengelolaan perang. Ia menyatakan bahwa kegagalan mencapai tujuan perang di Gaza setelah satu tahun tiga bulan merupakan “kegagalan” dan menunjukkan “cacat dalam rencana perang.”

Eisenkot menegaskan bahwa tujuan perang yang diumumkan, seperti kemenangan mutlak, menghilangkan ancaman, menghancurkan kemampuan militer Hamas, dan membebaskan sandera, belum tercapai.

Dalam gambaran yang mencerminkan perpecahan di dalam institusi militer dan politik Israel, Michael Shemesh, reporter urusan politik di Channel Kan 11, melaporkan adanya perselisihan sengit antara Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir dan Kepala Staf Militer Herzi Halevi dalam pertemuan Dewan Keamanan dan Politik. Mereka berdebat mengenai istilah yang tepat untuk mendeskripsikan anggota Hamas dan Hizbullah, apakah sebagai “teroris” atau “aktivis.”

Kritik Meluas

Dalam konferensi bertema “Penolakan terhadap Perang,” seorang juru bicara dari organisasi Gisha menyatakan bahwa penggunaan bahan peledak skala besar oleh Israel telah menyebabkan banyak korban jiwa di Gaza, termasuk keluarga dari berbagai generasi. Ia juga menyoroti tingkat kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dalam kesaksian yang mencolok, Shahar Zohiro, kerabat seorang tentara Israel yang tewas di Gaza, menyebut militer Israel telah berubah menjadi “tentara milisi.” Ia menyoroti meningkatnya penggunaan slogan-slogan agama ekstrem di kalangan tentara.

Zohiro juga mengkritik kebijakan militer dalam menangani warga sipil, mempertanyakan standar ganda yang diterapkan antara insiden 7 Oktober 2023 dan tindakan yang dilakukan di Gaza.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here