Spirit of Aqsa– Militer Israel kembali melancarkan gempuran membabi-buta ke sejumlah wilayah di Jalur Gaza Palestina pada Selasa (18/3) dini hari. Dalam live report Also Jazeera, 232 warga Gaza dilaporkan syahid.
Selain itu, Al Jazeera melaporkan, Militer Israel telah mengumumkan bahwa perang telah dimulai kembali.
Sementara Hamas menyebut PM Benjamin Netanyahu telah membatalkan perjanjian gencatan senjata. Amerika Serikat juga mengakui bahwa mereka diberitahu oleh Israel tentang serangan ke Gaza.
Serangan ini berlangsung di tengah kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas yang tampaknya hancur usai negosiasi tahap dua yang mandek dengan Israel.
Reporter Al Jazeera melaporkan bahwa serangan udara intensif di beberapa wilayah Gaza telah menyebabkan sejumlah korban syahid dan luka-luka. Menurut laporan tersebut, serangkaian ledakan mengguncang bagian barat laut Gaza, bersamaan dengan aktivitas intensif pesawat pengintai dan jet tempur Israel di udara.
Militer Israel melalui pernyataan menuturkan pihaknya telah melancarkan serangan ke Gaza dengan dalih menyasar sejumlah target milisi Hamas.
“Di bawah arahan eselon politik, militer dan Shin Bet tengah melancarkan serangan ke target-target Hamas di seluruh penjuru Jalur Gaza,” ucap militer Israel seperti dikutip Al Jazeera.
Reuters melaporkan saksi mata di sejumlah wilayah di Jalur Gaza mendengar rentetan ledakan. Sebagian warga juga melihat serangan udara Israel.
Menurut Reuters, saksi mata dan warga menganggap serangan Israel ini menjadi yang terbesar sejak gencatan senjata berlaku pada 19 Januari lalu.
Al Jazeera melaporkan sejumlah warga tewas imbas serangan terbaru dan terbesar Israel ini. Meski begitu, pihak berwenang belum dapat memastikan jumlah korban lantaran serangan Israel masih berlangsung.
Menurut laporan terkini dari pasukan keamanan sipil Gaza, setidaknya 15 orang tewas imbas bombardir Israel sejauh ini. Namun, korban masih mungkin terus bertambah.
Koresponden Al Jazeera di Gaza menuturkan salah satu target bombardier Israel adalah Mawasi yang terletak di barat Khan Younis, selatan Jalur Gaza.
Wilayah ini masih terbilang tempat banyak warga Palestina di Gaza mengungsi saat Israel menduduki dan menyerbu wilayah utara dan tengah Gaza.
Sebagai respons pertama, Hamas menegaskan bahwa Netanyahu bertanggung jawab penuh atas dampak agresi yang mereka sebut sebagai serangan pengecut terhadap Gaza.
Hamas juga menuduh Netanyahu dan pemerintahannya telah membatalkan kesepakatan gencatan senjata serta membahayakan para tahanan di Gaza dengan menyerahkan mereka pada nasib yang tidak pasti.
Gerakan itu mendesak para mediator untuk meminta pertanggungjawaban penuh kepada Netanyahu dan Israel atas pelanggaran serta pengingkaran terhadap kesepakatan. Hamas juga menyerukan Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk mengambil tanggung jawab dalam mendukung rakyat Palestina dan mengakhiri blokade di Gaza.
Perkembangan ini terjadi setelah 85 hari sejak kesepakatan gencatan senjata di Gaza. Utusan AS untuk Timur Tengah, Steven Witkoff, menyebut bahwa respons Hamas terhadap usulan perpanjangan gencatan senjata di Gaza “sama sekali tidak dapat diterima.”