Spirit of Aqsa, Palestina – Seorang dokter Palestina, yang kehilangan tiga putri dan seorang keponakannya akibat serangan penjajah Israel di Gaza pada 2009, akan mencari keadilan di tingkat internasional. Hal ini ia lakukan setelah pengadilan penjajah Israel menolak bandingnya untuk mendapatkan kompensasi atas kehilangan buah hatinya itu.
Mahkamah Agung penjajah Israel pada Rabu, 24 November 2021, menguatkan keputusan pengadilan yang menolak gugatan Izzeldin Abuelaish, dan menganggap insiden mematikan itu sebagai “tindakan perang”.
Militer penjajah Israel mengatakan pasukannya menembak setelah mengira melihat pejuang Hamas di tingkat atas rumah dokter.
“Hati kami tertuju kepada pemohon banding … tetapi dalam batas-batas proses di hadapan kami tidak ada jalan lain atau pemulihan,” kata panel tiga hakim dalam putusannya.
Abuelaish, seorang ginekolog berbahasa Ibrani yang telah bekerja di rumah sakit Israel dan sekarang tinggal di Kanada, mengajukan permintaan maaf dan kompensasi atas kematian putrinya Mayar, 15 tahun, Ayah, 13, dan Bessan, 21, dan keponakan Nour, 14.
“Saya berharap hakim Israel dapat menjatuhkan putusan yang akan menghidupkan kembali harapan, tetapi saya berharap mereka tidak akan melakukannya,” katanya kepada Reuters, Rabu.
“Karena itu saya mempersiapkan diri untuk mencari keadilan bagi Mayar, Bessam, Ayah dan Nour di forum mana pun yang memungkinkan.”
Ditanya apakah ini mungkin termasuk beralih ke Pengadilan Kriminal Internasional, dia mengatakan, “Semua opsi terbuka.”
Abuelaish mengatakan dia berencana menggunakan dana yang diterima sebagai kompensasi untuk memperluas yayasan “Daughters for Life” yang dia dirikan. Yayasan ini menawarkan kesempatan pendidikan bagi wanita muda dari Timur Tengah. (Tempo)