Spirit of Aqsa– Amira al-Tawil, seorang ibu Palestina, mencari susu di apotek-apotek di Gaza untuk memberi makan anaknya, Yusuf, yang membutuhkan perawatan dan nutrisi. Namun, segala upayanya untuk mendapatkan susu tidak berhasil.

Tubuh Yusuf sudah kurus terbaring di ranjang Rumah Sakit Al-Aqsa, Dei Al-Balah, dengan kaki yang terikat infus.

“Yusuf membutuhkan perawatan dan nutrisi yang baik, namun susu sama sekali tidak tersedia. Saya memberi Yusuf gandum, tetapi tidak ada susu. Ini membuatnya mengalami kembung. Mereka meminta saya untuk memeriksakan Yusuf untuk alergi gandum,” kata Amira, dikutip Aljazeera Arabic, Selasa (4/6/2024).

Penderitaan warga Gaza kian meningkat akibat pembantaian yang dilakukan Israel selama 200 hari lebih. Pembantaian itu menyebabkan puluhan ribu korban jiwa dan korban luka serta kehancuran besar dan krisis kelaparan yang semakin parah. Pembantaian ini mempengaruhi berbagai lapisan masyarakat, terutama anak-anak, di mana lebih dari 30 anak meninggal karena malnutrisi.

Sama seperti Amira, Nuh al-Khaldi juga mengalami hal serupa. Nuh memiliki anak bernama Saif. Tidak ada susu yang tersedia. Saif kini terbaring lemas dan tak berdaya.

“Sepanjang malam, Saif merasakan sakit, kram perut, dan kembung. Operasi yang dijadwalkan untuknya ditunda, yang bisa menyebabkan pecahnya usus. Kami bergantung pada bantuan untuk memberi makan anak-anak, dan ini sangat mempengaruhi kesehatan mereka karena mereka terbiasa dengan susu yang sesuai dengan tubuh mereka,” sambil mencoba menahan air matanya, “tidak ada jenis susu apapun di pasaran.”

Dokter Hazem Mustafa, dokter anak di Rumah Sakit Al-Aqsa, menegaskan, penutupan penyeberangan Rafah oleh Israel memperburuk situasi. Dia mendesak agar “ketersediaan susu yang cukup sehingga ibu-ibu dapat memberi makanan yang layak bagi anak-anak mereka.”

Penyeberangan Rafah merupakan pintu masuk utama bantuan ke Gaza dari Mesir sebelum pasukan Israel maju pada 7 Mei lalu ke arah Rafah dan menguasai perbatasan. Itu menyebabkan bantuan ke Gaza berhenti masuk. Selain itu, tidak ada pasien atau korban luka yang bisa keluar untuk perawatan.

Kondisi “tragis” ini diperburuk dengan pernyataan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Sabtu lalu bahwa lebih dari 4 dari 5 anak telah menghabiskan satu hari penuh tanpa makan, setidaknya sekali dalam 3 hari terakhir.

Jurubicara WHO, Margaret Harris, mengatakan, “anak-anak kelaparan,” sementara beberapa organisasi bantuan meningkatkan peringatan tentang meningkatnya tingkat malnutrisi di antara anak-anak di Gaza di bawah usia lima tahun akibat kurangnya bantuan kemanusiaan yang masuk ke wilayah tersebut.

Sebuah pemeriksaan oleh Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) terhadap lebih dari 93.400 anak di bawah usia lima tahun di Gaza menemukan bahwa 7.280 dari mereka menderita malnutrisi akut, dengan wilayah utara Gaza mengalami malnutrisi yang parah, di mana penduduk yang bertahan hanya menerima sedikit bantuan dalam bulan-bulan awal perang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here