Di kamar mayat Rumah Sakit Nasser, Gaza Selatan, tersimpan 4 janin dan 3 bayi prematur yang Syahid, korban terbaru dari politik kelaparan Israel. Adegan memilukan ini mencerminkan tragedi yang menimpa warga Palestina akibat blokade yang menahan akses mereka terhadap makanan, obat-obatan, dan perawatan medis penting.
Seorang pejabat medis Palestina menyebutnya sebagai indikator mengerikan: meningkatnya kasus kematian akibat malnutrisi dan tingginya angka keguguran di antara ibu hamil, semuanya dampak langsung dari pengepungan yang terus berlanjut meski mendapat kecaman internasional. Kementerian Kesehatan Gaza mencatat ribuan warga, termasuk anak-anak, menderita malnutrisi parah sejak Israel menutup perbatasan pada Maret 2025, membatasi masuknya bantuan pangan dan obat-obatan.
Data terbaru menunjukkan jumlah korban kelaparan mencapai 440 orang, termasuk 147 anak, sejak 7 Oktober 2023, dengan 4 kematian tambahan hanya dalam 24 jam terakhir. Mereka yang mencari bantuan pun tidak luput dari kekerasan, dengan total korban mencapai 2.512 tewas dan lebih dari 18.431 terluka sejak 27 Mei, akibat serangan Israel.
Kelaparan ini juga memicu peningkatan keguguran dan kematian janin. Ahmad Al-Farra, Direktur Gedung Anak di Rumah Sakit Nasser, menyebut sebagian besar ibu yang keguguran menderita anemia akibat malnutrisi. 70% dari 55 ribu ibu hamil di Gaza mengalami kondisi serupa. Tekanan psikologis akibat serangan berulang dan pengungsian berkepanjangan semakin memperparah risiko ini. Bahkan, seorang ibu baru-baru ini mengalami keguguran di bulan ketujuh setelah meninggalkan rumahnya di Gaza dalam kondisi kelelahan ekstrem.
Kekurangan suplemen gizi dan vitamin, ditambah blokade yang membatasi akses ke rumah sakit, semakin meningkatkan ancaman bagi ibu dan janin. Al-Farra memperingatkan kenaikan kematian akibat malnutrisi di bulan September, karena bantuan yang masuk hanya mencukupi 10% dari kebutuhan, tanpa protein dan susu yang esensial. Sebelumnya, klinik menerima 20–30 kasus per hari, kini meningkat menjadi 120–140 kasus, termasuk banyak yang kritis.
Di ruang perawatan, terlihat anak-anak seperti Qasim Znun, seorang korban malnutrisi parah, terbaring di kasur lantai dengan tulang dan tulang belakang menonjol akibat kekurangan protein. Ibunya menjelaskan bagaimana malnutrisi mengakibatkan pertumbuhan terhambat, otot mengecil, dan gangguan fungsi organ vital, diperparah karena obat-obatan dilarang masuk oleh Israel. Anak lain, Argwan Al-Dahini (4 tahun), hanya memiliki berat 5 kg akibat malnutrisi ekstrem. Ibunya, Hanin Abu Adwan, mengatakan anaknya kekurangan protein, kalium, dan mengalami gangguan ginjal serta darah asam, seluruhnya akibat kelaparan sistematis.
Sumber: Anadolu Agency