Kementerian Dalam Negeri Gaza mengungkap hasil investigasi terbaru: sekelompok pencuri bantuan ternyata dipimpin oleh para agen yang beroperasi di bawah perlindungan Israel, dengan tujuan utama menyerang aparat keamanan dan memperparah kekacauan di tengah penderitaan warga.
Dalam pernyataan resminya, kementerian menegaskan bahwa aksi para pencuri dan agen Israel ini terkoordinasi untuk menciptakan kekacauan serta menyebar rasa takut di tengah masyarakat.
Meski menghadapi kerugian besar, pihaknya menyatakan tidak akan mundur dari tugas untuk menjaga nyawa dan harta benda warga Gaza.
“Kami akan terus mengambil tindakan tegas di lapangan terhadap para pencuri dan kolaborator penjajah. Pesan kami jelas: kalian tidak akan lolos dari hukuman. Perlindungan dari pendudukan tidak akan menyelamatkan kalian. Kami bertekad menegakkan keadilan,” tegas pernyataan tersebut.
Kementerian juga menyerukan peran aktif keluarga-keluarga Palestina untuk bertindak tegas terhadap siapa pun yang bekerja sama dengan pendudukan.
“Ini saatnya keluarga-keluarga Palestina yang terhormat mengambil sikap, mencabut perlindungan dari para pengkhianat, dan menjadi penjaga ketahanan sosial kita,” tambahnya.
Sementara itu, Kantor Media Pemerintah Gaza menyampaikan bahwa krisis kemanusiaan di Jalur Gaza kian memburuk. Krisis kelaparan mencapai titik kritis akibat Israel yang terus menutup semua akses bantuan dan menghalangi lembaga-lembaga kemanusiaan untuk bekerja.
“Israel telah menjadikan pangan sebagai senjata dalam perang ini,” tegas kantor media, menyebut bahwa kebijakan ini bukan sekadar pembiaran, melainkan pengepungan sistematis untuk mematikan kehidupan sipil.
Kantor tersebut juga menyesalkan sikap dunia internasional yang hingga kini memilih diam.
“Diamnya komunitas internasional adalah bentuk keterlibatan pasif dalam kejahatan ini. Penundaan untuk mengambil langkah tegas hanya akan memperpanjang penderitaan dan menambah jumlah korban,” lanjutnya.
Lembaga PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) juga memperingatkan dampak kemanusiaan yang sangat mengerikan bagi hampir satu juta warga di Gaza dan Gaza Utara, yang kini nyaris sepenuhnya terisolasi dari bantuan akibat blokade Israel.
Sejak 2 Maret lalu, Israel sepenuhnya menutup jalur bantuan ke Gaza, membuat 2,4 juta penduduk hidup dalam kondisi penyiksaan kelaparan, dengan makanan dan obat-obatan nyaris mustahil didapatkan.
Rencana Israel mendistribusikan bantuan di bawah pengawasan militer juga berujung bencana. Ketika ribuan warga yang kelaparan menyerbu pusat distribusi pada Selasa dan Rabu lalu, tentara Israel membuka tembakan, menewaskan sedikitnya 10 warga dan melukai 62 lainnya. Operasi distribusi pun dihentikan.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel dengan dukungan penuh Amerika Serikat menjalankan perang pemusnahan massal di Gaza, menewaskan dan melukai lebih dari 177.000 warga Palestina, mayoritas adalah anak-anak dan perempuan. Lebih dari 11.000 orang masih hilang di bawah reruntuhan.
Sumber: Al Jazeera