Spirit of Aqsa, Palestina- Pemerintah Kota Gaza memperingatkan, krisis kelaparan semakin memburuk dan merenggut nyawa banyak warga Palestina di Jalur Gaza utara. Di sisi lain, ketersediaan air per orang hanya mencapai 2 liter per hari dibandingkan dengan 90 liter sebelum pembantaian, yang memperburuk penderitaan saat memasuki bulan suci Ramadan.

“Kami memperingatkan bahwa lebih banyak korban jiwa akan terjadi akibat kelaparan dan kehausan di utara Gaza, jika krisis kemanusiaan yang memburuk secara dramatis ini terus berlanjut,” kata jurubicara pemerintah kota, Husni Mahna.

“Bantuan makanan dan bantuan kemanusiaan yang telah tiba di Gaza dan wilayah utara sangat penting di tengah situasi kelaparan, tetapi hal itu tidak mencukupi kebutuhan warga.”

Ketersediaan air per individu di Kota Gaza telah menyusut menjadi hanya 2 liter per hari setelah sebelumnya mencapai 90 liter “sebelum perang genosida”. Penyebab penurunan drastis ini disebutkan karena kerusakan besar yang menimpa fasilitas dan jaringan air akibat serangan Israel yang brutal terhadap infrastruktur dan fasilitas kota.

Mahna menjelaskan, pasukan Israel menghancurkan 40 sumur air, 9 tangki air, dan 42.000 meter jaringan air, serta 500 sumur dengan berbagai diameter, ditambah dengan tidak tersedianya bahan bakar yang diperlukan untuk mengoperasikan sumur-sumur air yang tersisa.

Pemerintah Kota Gaza belum menerima pasokan bahan bakar apa pun sejak awal November 2023. Bahan bakar diperlukan untuk menyediakan layanan dasar seperti penyediaan air, pengoperasian fasilitas sanitasi, pengumpulan sampah, dan membuka jalan-jalan yang tertutup oleh puing bangunan yang hancur bagi gerakan kendaraan penyelamat dan darurat.

“Situasi kesehatan dan lingkungan di Gaza sangat mengkhawatirkan karena akumulasi 70.000 ton sampah di jalan-jalan dan lingkungan kota, terutama di sekitar Kompleks Medis As Syifa di barat kota,” kata Mahna.

Selain itu, Israel menghancurkan satu juta meter persegi jaringan jalan di Kota Gaza saja, yang mengubah sebagian besar jalan yang beraspal menjadi tidak layak untuk dilalui kendaraan karena lubang yang dalam.

“Dampak penghancuran melibatkan semua komponen jalan, mulai dari jaringan listrik, penerangan, rambu lalu lintas, tiang, saluran air, trotoar, pulau-pulau tengah jalan, dan lapangan,” tambahnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here