Menteri Pertahanan Israel, Yisrael Katz, mengumumkan rencana pembangunan pagar di kawasan Lembah Yordan dengan dalih mencegah penyelundupan senjata dan menggagalkan apa yang disebutnya sebagai “terorisme” di kamp-kamp pengungsi Palestina. Sementara itu, pasukan Israel terus melancarkan serangan ke berbagai wilayah di Tepi Barat.

Katz mengklaim bahwa pembangunan pagar tersebut bertujuan untuk menggagalkan upaya Iran dalam membentuk “front terorisme timur” melawan Israel.

Eskalasi Serangan di Tepi Barat

Di Tepi Barat, selama 37 hari berturut-turut, warga di Kamp Pengungsi Tulkarm dan Nur Shams di bagian utara terus mengalami penderitaan akibat operasi militer Israel.

Menurut sumber Al Jazeera pada Selasa (4/3), pasukan Israel mengerahkan kendaraan lapis baja menuju Kota Jenin.

Di bagian lain, pasukan Israel yang didukung polisi menyerbu Kamp Pengungsi Shuafat di utara Al-Quds (Yerusalem) yang diduduki. Mereka menembakkan gas air mata dan granat kejut dalam jumlah besar di tengah kamp, menyebabkan puluhan warga mengalami sesak napas.

Israel juga memaksa warga meninggalkan rumah mereka dengan kekerasan, mengubah rumah-rumah itu menjadi pos militer, serta membakar dan menghancurkan sebagian lainnya. Akibatnya, banyak warga terpaksa mengungsi.

Saat ini, ratusan warga yang mengungsi dari kedua kamp tersebut tinggal di sekolah-sekolah dalam kondisi sulit dan mengalami kekurangan kebutuhan pokok.

Korban Luka Akibat Tembakan

Pada Senin malam (2/3), tujuh warga Palestina, termasuk tiga anak, terluka akibat tembakan pasukan Israel dalam bentrokan yang terjadi saat pendudukan menyerbu beberapa kota di utara dan tengah Tepi Barat.

Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan bahwa tim medisnya di Kota Nablus mengevakuasi dua anak yang terluka akibat tembakan Israel di Desa Udala, selatan kota tersebut.

Salah satu korban berusia 13 tahun tertembak di dada, sementara yang lain berusia 15 tahun terkena tembakan di tangan.

Kementerian Kesehatan Palestina juga mengonfirmasi bahwa salah satu korban dalam kondisi kritis dan dilarikan ke Rumah Sakit Pemerintah Rafidia di Nablus.

Menurut Kantor Berita Palestina (WAFA), bentrokan terjadi setelah pasukan Israel menyerbu Desa Udala dan melepaskan tembakan serta gas air mata secara intensif.

Di selatan Nablus, Bulan Sabit Merah melaporkan bahwa timnya mengevakuasi dua korban lainnya.

Salah satu korban, pria berusia 33 tahun, ditembak di kedua kaki, sementara seorang remaja 17 tahun terkena tembakan di paha dan pinggul dalam bentrokan di Kota Beita.

Selain itu, pasukan Israel menahan seorang pemuda setelah melukainya dengan tembakan di Kota Beita, selatan Nablus.

Sementara di wilayah tengah Tepi Barat, Bulan Sabit Merah mengonfirmasi bahwa tiga warga Palestina mengalami luka tembak di kaki akibat bentrokan dengan tentara Israel di Desa Shuqba, dekat Kota Ramallah.

Namun, Kantor Berita Palestina menyebut bahwa tidak ada bentrokan di desa tersebut.

Sebaliknya, tentara Israel melakukan penggerebekan provokatif saat waktu berbuka puasa, menembaki warga sipil, dan menyerang mereka secara fisik.

Peningkatan Serangan Israel

Tentara Israel dan pemukim ilegal terus meningkatkan serangan terhadap warga Palestina di Tepi Barat, termasuk Al-Quds.

Serangan ini mencakup penggerebekan ke desa-desa, kota-kota, dan kamp-kamp pengungsi, serta penggunaan peluru tajam, peluru karet, dan gas air mata. Eskalasi kekerasan tetap tinggi sepanjang bulan Ramadan.

Sejak perang di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, agresi Israel di Tepi Barat telah menyebabkan lebih dari 927 warga Palestina syahid, melukai sekitar 7.000 orang, dan menahan 14.500 warga Palestina, menurut data resmi Palestina.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here